Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Belum Membentuk Watak dan Karakter Bangsa

Kompas.com - 09/10/2009, 10:15 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Peran guru bimbingan dan konseling ataupun konselor penting untuk menyelenggarakan pendidikan yang utuh. Pentingnya peran tersebut karena pendidikan masih dimaknai secara sempit.

Ketua Umum Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) Sunaryo Kartadinata mengatakan, pendidikan utuh yang dimaksud adalah pendidikan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan akademis, tetapi juga mengembangkan karakter dan kepribadian peserta didik.

”Di sinilah peran guru bimbingan dan konseling, yaitu membantu peserta didik mengenali potensi dan mengembangkan kepribadiannya,” tuturnya di hadapan sekitar 200 peserta seminar nasional ”Profesionalisme Guru Bimbingan & Konseling dan Konselor” yang diselenggarakan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, bekerja sama dengan Abkin dan Harian Kompas, Rabu (7/10).

Menurut Sunaryo, peran guru bimbingan konseling dan konselor semakin penting karena saat ini penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih dalam makna sempit. Pendidikan hanya cenderung untuk meningkatkan kemampuan akademis semata.

Pendidikan juga belum menanamkan kecerdasan kultural kepada peserta didik sehingga potensi bangsa kurang tergali. Pendidikan Indonesia saat ini juga belum bisa membentuk watak dan karakter bangsa.

”Pendidikan di Indonesia baru sampai pada tujuan mencerdaskan anak didik secara individual saja. Padahal, kecerdasan suatu bangsa tidak terbentuk dari penjumlahan kecerdasan dari setiap warganya,” ujarnya.

Bergeser Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Sri Hastuti, mengatakan, saat ini guru bimbingan konseling dan konselor juga diperlukan sejak usia dini, setidaknya pada jenjang sekolah dasar. Hal itu karena perkembangan anak dewasa ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan kondisi 10 tahun lalu. Masa pubertas yang dahulu baru terjadi pada anak berusia 13-14 tahun kini telah bergeser pada usia antara 9 hingga 10 tahun.

Dalam sambutannya, Kepala Desk Nusantara Harian Kompas Hariadi Saptono menuturkan, meningkatnya tantangan anak beberapa waktu terakhir ini juga karena tingginya beban di sekolah. Salah satunya adalah ujian nasional yang tidak jarang membuat sebagian anak merasa tertekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com