Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar ke Malaysia, Mencoba Bertaraf Internasional

Kompas.com - 15/10/2009, 15:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Akibat isu-isu yang tak mengenakkan seputar hubungannya dengan Indonesia, akhir-akhir ini Pemerintah Malaysia banyak berdiam diri, termasuk untuk mempromosikan bidang pendidikannya.

Upaya menenangkan diri dan tidak banyak terlibat dalam aktivitas promosi pendidikan juga dilakukan oleh Kedutaan Besar Malaysia. ”Sungguh tak enaklah bila mengingat peristiwa-peristiwa yang lalu. Maka, kami memilih lebih baik diam. Juga dalam hal promosi pendidikan. Padahal, kami mempunyai banyak keunggulan dalam pendidikan,” ujar Darsham bin Daud, Setiausaha Pertama/Direktur Promosi Pendidikan Kedutaan Besar Malaysia, di Jakarta, Selasa (13/10).

Memang kunci pembangunan Malaysia terletak pada pengembangan dan pembangunan pendidikan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat dan ilmu pengetahuan yang diperlukan guna mengambil bagian dalam kemajuan dunia.

Selain itu, melalui pendidikan, disiplin, pola hidup bersih, dan kejujuran juga ditanamkan kepada peserta didik. Menyadari pentingnya pendidikan untuk menyiapkan manusia-manusia profesional dan terampil, Malaysia sejak awal sudah memberikan anggaran yang cukup tinggi untuk pembangunan pendidikan.

Hingga kini, tak kurang dari 30 persen anggaran Malaysia khusus untuk mengembangkan pendidikan. Coba tengok, pada Rancangan Malaysia Pertama (1966-1970), anggaran pendidikan terus bertambah 7,8 persen.

Pada Rancangan Malaysia Kesembilan, anggaran itu sudah naik sekitar 20,6 persen. Dan kini, jumlah anggaran itu sudah sekitar 30 persen.

Semula, penambahan anggaran dimaksudkan guna memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat Malaysia untuk bisa menikmati pendidikan. Ternyata, dampak pembangunan pendidikan juga bisa dinikmati oleh mahasiswa asing yang menuntut ilmu di Malaysia. Mereka tersebar di 20 perguruan tinggi negeri dan 34 perguruan tinggi swasta.

”Belajar di Malaysia dijamin murah. Di perguruan tinggi negeri, per semester kurang dari Rp 3 juta (bidang sosial) dan sekitar Rp 4 juta (sains). Sedangkan untuk mahasiswa S-2 atau S-3 yang terpilih menjadi asisten peneliti, mereka akan mendapat gaji Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan. Mereka juga boleh membawa keluarga. Syaratnya mudah, membuat riset yang benar-benar bermanfaat bagi universitas tempatan,” lanjut Darsham.

Mengapa ke Malaysia

Pertama, Malaysia menawarkan pendidikan berkualitas dengan standar internasional. Semua kegiatan perguruan tinggi (mulai dari program D-3 hingga S-3) dimonitor oleh Kementerian Pengajaran Tinggi Malaysia dan menerapkan undang-undang dengan amat ketat, seperti The Education Act 1996, The Private Higher Educational Institutions Act 1996, dan The Malaysian Qualifications Agency Act 2007.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com