Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Pulau Sebesi Keluhkan Akses Pendidikan, Kesehatan, dan Listrik

Kompas.com - 17/10/2009, 14:36 WIB

LAMPUNG, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah pusat terhadap akses kesehatan, pendidikan, serta jaringan listrik yang masih serba terbatas.

Pulau Sebesi secara geografis terletak di Teluk Lampung dengan luas pulau 2.620 hektar dan panjang pantai 19,55 km. Masyarakat pulau tinggal di Desa Tejang yang terdiri dari empat dusun yaitu dusun Bangunan, Inpres, Regahan Lada, dan Segenom.

Kepala Dusun Inpres Ahyar Abu (48) menjelaskan, di Pulau Sebesi hanya terdapat satu Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di dusun Inpres. Petugas medis yang berjaga hanya dua orang, satu bidan dan satu mantri tanpa ada seorang pun dokter.

Mereka harus melayani seluruh warga Desa Tejang berjumlah 700 kepala keluarga atau mencapai sekitar 3000 jiwa. Bahkan bidan hanya bertugas selama tiga hari dalam seminggu lantaran bidan tersebut adalah warga luar pulau. "Kalau ada yang mau melahirkan tapi bidannya ngga ada, yah pakai dukun setempat," ucapnya.

Penyakit yang paling banyak dialami warga Pulau Sebesi, jelas Ahyar, adalah malaria. Puskesmas Pembantu hanya mampu menangani penyakit ringan karena keterbatasan peralatan dan obat-obatan. Jika warga terkena penyakit berat seperti malaria, tumor, kanker, maupun penyakit lain, warga harus keluar dari Pulau untuk menjalani perawatan.

Salah satu pilihan adalah rumah sakit di Kota Kalianda, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Perawatan di luar pulau merepotkan karena warga harus menyebrangi Selat Sunda sekitar 90 menit dengan kapal nelayan.

Ahyar yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi menjelaskan, untuk akses pendidikan di Pulau Sebesi hanya ada tiga sekolah. Satu Sekolah Dasar Negeri terdapat di dusun Inpres. Sekolah lain, SMP Swadipa dan SMA Kelautan, keduanya sekolah swasta yang terletak di Dusun Bangunan.

Pendidikan setelah SD dikenakan biaya Rp 15.000 per bulan untuk SMP dan Rp 30.000 untuk SMA. Biaya itu cukup memberatkan warga setempat. Pemerintah hanya menyediakan paket B dan C jika ingin melanjutkan pendidikan dengan gratis.

"Anak di Pulau Sebesi banyak yang tidak sekolah. Anak tidak mampu ikut paket B dan C yang sekolahnya hanya empat kali seminggu. Anak yang sudah lulus SMA lebih memilih keluar dari Pulau Sebesi karena ilmunya tidak dipakai di Sebesi," katanya.

Sedangkan aliran listrik, kata Ahyar, hanya aktif mulai pukul 18.00 hingga 24.00. Listrik masuk sejak tahun 1985 ke Dusun Bangunan serta Inpres dan tak ada penambahan jaringan hingga sekarang. Sedangkan sebagian Dusun Regahan Lada, dan Segenom hanya menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. "Kita berharap pemerintah lebih memperhatikan warga Pulau Sebesi," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com