Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Bencana Digalakkan

Kompas.com - 06/11/2009, 11:11 WIB

Bandung, Kompas - Serangkaian bencana di Tanah Air, khususnya Jawa Barat, memaksa pemerintah menggalakkan pendidikan mitigasi bencana. Apalagi, mitigasi bencana juga menjadi salah satu program prioritas pemerintah.

"Tahun 2009 akan ada banyak pelatihan (mitigasi bencana) di sekolah-sekolah. Mudah-mudahan dalam waktu dekat mitigasi ini bisa segera didiseminasikan di sekolah-sekolah," tutur Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jabar Wahyudin Zarkasyi, Kamis (5/11).

Selain mengadakan pelatihan dan diseminasi bencana, pemerintah juga akan membagikan alat peraga mitigasi bencana ke sekolah-sekolah. "Sementara ini yang bisa menerima baru ratusan dari 38.000 sekolah di Jabar. Secara bertahap akan ditingkatkan," katanya.

Menurut Wahyudin, pendidikan mitigasi bencana sangat penting digencarkan di sekolah. Anak-anak sejak usia dini harus mengetahui tindakan penyelamatan diri yang dilakukan saat terjadi bencana, khususnya gempa bumi. Apalagi, Jabar termasuk wilayah rawan gempa. Beberapa daerah, misalnya Jabar selatan, ungkapnya, telah sigap mempraktikkan pendidikan dan pelatihan bencana, khususnya pascatsunami Pangandaran 2006. Beberapa lembaga asing, antara lain dari Jerman, menaruh perhatian besar pada kegiatan pendidikan bencana ini.

"Terutama itu dilakukan di sekolah-sekolah yang punya anak-anak berkebutuhan khusus, tetapi kemudian meluas ke sekolah-sekolah lain," ucap Wahyudin. Pendidikan mitigasi bencana, ujarnya, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk kepala sekolah.

Sardjimi, Kepala SDN Cirateun Kulon, Kota Bandung, mengungkapkan, selama dua tahun terakhir SDN itu rutin mengadakan diseminasi mitigasi gempa. Simulasi gempa rutin dilakukan tiap tiga bulan, khususnya kepada siswa baru. "Kami juga beberapa kali mengadakan seminar mitigasi dengan mengundang orangtua siswa," katanya.

Ia menuturkan, sosialisasi mitigasi gempa kepada orangtua, bukan hanya siswa, juga penting. "Soalnya, selain di sekolah, siswa lebih banyak berada di rumah. Sering terjadi, siswa yang sudah terlatih malah ikutan terbawa pemahaman yang salah dari orangtuanya ketika terjadi gempa," kata Sardjimi.

Ia mengatakan, mitigasi bencana terdiri dari dua hal, yaitu memperkuat bangunan serta mendidik masyarakat. Dua hal ini harus dilakukan sekaligus. Di sekolah, selain rutin dilakukan pelatihan, perabot di ruangan, seperti lemari, telah diikat kuat ke tembok agar sesuai dengan standar keamanan.

Program percontohan

SDN Cirateun Kulon adalah salah satu dari dua sekolah di Jabar yang menjadi percontohan program sekolah berbasis mitigasi gempa yang dikembangkan Pusat Mitigasi Bencana ITB dan Pusat Pembangunan Wilayah PBB (UNCRD).

Eko Yulianto, peneliti geoteknologi dari LIPI, mengatakan, Indonesia perlu belajar dari Jepang dalam pendidikan mitigasi bencana. "Di Jepang, anak kecil pun sudah tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa. Di Hari Bencana, keluarga biasa mendiskusikan upaya jika terjadi gempa," tutur peneliti yang pernah kuliah di Jepang ini.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam keterangan pers kemarin, menjadikan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana salah satu dari 15 program utama pemerintah pada 100 hari pemerintahannya. (jon)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com