Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka Meneliti, dari HP Anti Maling sampai Sirup Buah Bakau...

Kompas.com - 18/11/2009, 15:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selain menampilkan berbagai poster untuk dinilai dewan juri, sebanyak 89 peserta Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2009 memamerkan hasil penelitiannya. Unik, kreatif, dan punya nilai jual.

Di salah satu sudut Plaza Gedung Depdiknas, Jakarta, misalnya, seorang siswi peserta dari SMA Unggulan BPPT Al Fattah, Lamongan, Jawa Timur, tengah dikerumuni pengunjung, yang rata-rata siswa-siswi SMA. Siswi bernama Frida Fanani tengah itu sibuk menerangkan hasil penelitiannya berupa "Mesin Cuci Listrik".

Tak jauh dari tempatnya, sebuah stan peserta lain juga tidak kalah heboh. Stan milik Madrasah Aliyah (MA) Matholi'ul Anwar atau Mawar tersebut menampilkan poster dan hasil penelitian berupa "Handphone Anti Maling".

"Jangan salah sangka dulu, ini bukan handphone yang anti dicuri orang, tetapi handphone sebagai alat anti curanmor (pencurian motor)," tutur M Masruhan, satu dari tiga siswa kelas III IPA Mawar yang melakukan penelitian ini.

Masruhan menerangkan, "HP Anti Maling" tersebut dibuatnya dengan memanfaatkan telepon genggam untuk menggantikan alarm pada motor. Untuk membuat alarm itu, lanjut dia, membutuhkan dua buah ponsel. Satu ponsel ia koneksikan dengan accu dan CDI sepeda motor, sedangkan ponsel satunya dipakai sebagai ponsel biasa untuk menerima sinyal alarm.

"Begitu dicuri dan pencuri berhasil menarik tuas gas, secara otomatis saklarnya akan memberi panggilan masuk ke ponsel penerima sinyal atau pemilik motor. Seperti bunyi panggilan masuk biasa," terang Masruhan.

Lain dan uniknya penelitian Masruhan, lain pula dengan Yosephine. Bersama rekannya, Jessica K, siswi kelas III IPA SMA Cita Hati, Surabaya, Jawa Timur, ini memamerkan hasil penelitiannya yang sederhana berupa "Mangrove Syrup". Penelitian yang dilakukan pada Agustus 2009 lalu itu adalah proses pembuatan sirup dari buah bakau yang banyak tumbuh di kawasan Pantai Kejawan Tambak, Kelurahan Mulyorejo, yang tak jauh dari sekolah mereka.

"Sebetulnya tidak sengaja, yaitu saat sekolah kami melakukan kegiatan penanaman Mangrove. Buah bakau ini rasanya kecut, dan kami pikir, kenapa hanya melakukan penanaman saja, kenapa tidak melakukan hal lain seperti memanfaatkan buahnya," tutur Yosephine. 

Lalu, dibawalah buah-buah tersebut untuk diteliti di sekolah. Laiknya sebuah home industry, kisah Yosephine, mereka berdua pun mulai meracik buah tersebut, mencampurnya dengan air dan menambahkan gula sebagai pemanis. Jadilah, sirup buah bakau yang manis.

"Dengan melakukan pasteurisasi bertingkat dan sterilisasi, sirup ini tahan hingga dua bulan, silakan dicoba," ujarnya sambil terkekeh.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com