Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mati Lampu, Pemberantasan Buta Aksara Jadi Terganggu

Kompas.com - 20/11/2009, 18:34 WIB

MATARAM, KOMPAS.com - Sekretaris Komisi III DPRD NTB Suharto mendesak PLN segera mengatasi krisis listrik di daerah ini karena pemadaman bergilir setiap hari yang terjadi saat ini sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat.

"PLN harus segera mengatasi krisis listrik, apalagi jumlah calon pelanggan sambungan baru yang masuk daftar tunggu sudah mencapai 134.000 orang," katanya di Mataram, Jumat (20/11).

Jumlah calon pelanggan yang masuk daftar tunggu tersebut tidak mungkin dapat dilayani, jika PLN tidak cepat menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik di Jeranjang, Lombok Barat.

Pembangkit listrik di Jeranjang tersebut berkapasitas sekitar 25 MW, yang hingga kini pembangunannya belum rampung karena kekurangan anggaran untuk membangun menara.

"Dari 15 menara yang direncanakan pembangunannya baru terpasang sembilan menara," katanya.

Sistem kelistrikan di Lombok saat ini memiliki daya mampu sebesar 91,74 MW, beban puncak 106,60 MW. Sedang di Sumbawa daya mampu 23,74 MW beban puncak 18,66 MW. Bima memiliki daya mampu 22,23 MW, beban puncak 19,26 MW.

PLN NTB dalam upaya mengatasi pemadaman bergilir saat beban puncak telah melakukan berbagai upaya seperti mempercepat pelaksanaan pemeliharaan mesin pembangkit dan mempercepat proses lelang mesin pembangkit tambahan serta sistem sewa.

Selain itu PLN segera membangun tujuh pembangkit listrik tenaga uap untuk mengatasi krisis listrik di daerah ini baik di Lombok maupun Sumbawa.

Pemadaman listrik bergilir yang terjadi setiap hari rata-trata empat sampai lima jam baik siang maupun malam khususnya Kota Mataram telah mengganggu aktivitas masyarakat.

Aktivitas kelompok belajar masyarakat untuk memberantas buta aksara terganggu akibat listrik sering padam.

Sejumlah lokasi kelompok belajar di Kelurahan Dasan Agung Mataram yang biasanya dilaksanakan malam hari terpaksa terhenti karena listrik padam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com