Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fibromyalgia, Nyeri yang Masih Jadi Misteri

Kompas.com - 23/11/2009, 10:59 WIB

KOMPAS.com - Agak sulit mendeteksi penyakit ini. Butuh waktu lama untuk bisa mengetahui seseorang menderita fibromyalgia. Tapi, jangan khawatir, penyakit ini tetap bisa disembuhkan.

Jelas, yang dialami wanita usia 33 tahun ini begitu berat. Hingga suatu ketika seorang dokter berhasil menyelesaikan persoalan yang menimpanya sekitar 5-6 tahun lalu. Sebelumnya hari-harinya dipenuhi dengan penderitaan. Duduk tak nyaman karena hampir setiap 15 menit harus ganti posisi. Hampir setiap malam tak bisa tidur nyenyak, seluruh badan nyaris nyeri, emosi labil, dan masih banyak keluhan lain.

Sulit diketahui dengan jelas mengapa rasa sakit yang menjalar dari kepala hingga ujung kaki terjadi pada diri Angela Chiarapurk. Sembilan dokter yang didatanginya di dua rumah sakit, tak ada satu pun yang bisa menyebutkan dengan tepat gangguan apa yang dialaminya.

"Saya bahkan sudah mendatangi ahli akupresur, kiropraktik, TCM (Traditional Chinese Medicine), refleksiologi, dan ahli ayurveda," ungkap manajer marketing sebuah perusahaan di Bangkok, Thailand ini. Katanya, mereka semua cuma
bilang Angela stres, mengalami beban berat akibat postur tubuh yang salah, kondisi tulang yang merapuh, atau adanya endapan kalsium.

Berbagai terapi pun dijalaninya, dari yoga, peregangan biasa, hingga rileksasi otot. Pil tidur dan suplemen kalsium juga sudah diasupnya, tapi tak ada perubahan berarti. Tak pelak, rasa frustrasi pun dialaminya hingga berrtahun-tahun. Rasa sakit kronis yang tersebar luas ini menyiksa Angela dan tentu saja berdampak pada kehidupan seha-rihari. Produktivitas kerja menurun, dan malas keluar rumah.

Harapan cerah muncul ketika Angela dirujuk untuk menemui seorang profesor ahli nyeri. Prof. Pradit Prateepavanich yang akhirnya membuka misteri perihal nyeri yang dialami wanita ini. "Saya baru tahu kalau penyakit itu disebut fibromyalgia," ujar Angela.Berkat intervensi sang dokter inilah, Angela akhirnya berangsur sembuh. Hidupnya pun menjadi kembali cerah.

Misteri
Fibromlyalgia, kata Prof. Pradit, memang masih menjadi penyakit misterius. Agak sulit menentukan apa penyebabnya. Karena itu, banyak dokter kerap keliru memberi diagnosis. "Akibatnya waktu habis hanya untuk ke dokter," kata presiden Asosiasi Peneliti Nyeri se-Thailand ini.

Sekitar 6 dari 10 pasien di Indonesia, Thailand, Ann Filipina dan sekitar 3 dari 10 pasien di Singapura dan Malaysia sulit mengenali penyakit ini, kata Pradit. Sedikitnya 66 persen pasien dari seluruh negara yang disurvei (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) setuju fibromyalgia merupakan kondisi yang belum dipahami dengan baik.

Bahkan, rata-rata pasien di Thailand, Singapura, dan Filipina mesti menunggu 7,3 - 9,5 bulan demi mendapatkan diagnosis yang tepat sejak mereka menemui dokter atas gejala yang dialami.

Fibromyalgia menjangkiti sekitar 1 hingga 40 juta manusia di dunia atau kira-kira 1-3 persen dari seluruh populasi penduduk dunia. Berdasar laporan dari American College of Rheumatology (ACR) tahun 1990, gangguan ini dialami 0,5-4 persen di negara-negara industri. Di AS sendiri, fibromyalgia dialami sekitar 3 hingga 5 persen wanita dan 0,5-1,6 persen laki-laki.

Kepala Pusat Medis Makati di Kota Makati, Filipina, Dr. Henry Lu, menyebut beberapa faktor, seperti genetika, jenis kelamin (perempuan lebih rentan), usia, infeksi, trauma masa kecil, stres atau distres yang berlangsung menetap, dan faktor biologis diyakini menjadi penyebab gangguan ini. Namun, tetap saja tak ada satu pun dokter yang bisa menyatakan penyebab yang pasti. Sampai sekarang tidak ada kesepakatan ilmiah perihal penyebab fibromyalgia.

Tak ada kelainan
Sulitnya diagnosis ini, menurut Dr. Henry, akibat tidak adanya kelainan fisik yang menandai penderita setelah dilakukan berbagai pemeriksaan medis. "Berbeda dengan penyakit lain seperti rematik yang dapat dikenali lewat peradangan pada sendi, fibromyalgia talk memberi petunjuk apa-apa," tuturnya. Tes laboratorium sekalipun tak banyak membantu, walau pemeriksaan ini dapat memisahkan diagnosis lain.

Pasien fibromyalgia yang menyambangi dokter menceritakan gejala yang berlingkup luas, misal adanya gangguan tidur, kelelahan berlebih, badan kaku, gangguan suasana hati, flu, sakit kepala, atau badan serasa lemah sekali.

Di Indonesia, pasien rata-rata mengalami sembilan gejala. Sekurang-kurangnya dari sembilan itu ada satu gejala yang terkait dengan nyeri. Yang jelas, ada satu hal .yang menandai penyakit ini, yaitu nyeri tak tertahankan yang tersebar luas menjangkiti kedua sisi tubuh bagian atas dan bawah serta tulang belakang. Nyeri ini berlangsung terus-menerus selama lebih dari tiga bulan.

Atau sekurangnya ada 11 titik dari 18 titik tubuh yang terasa nyeri berlebih saat disentuh. "Walaupun hanya sekadar disentuh, tidak ditekan atau dicubit," ujar Henry.

Prof. Pradit menyebutkan, sekitar 8 dari 10 pasien yang mengalami nyeri sendi, nyeri punggung bawah, dan nyeri kronis yang menyebar luas melaporkan gejala-gejala tersebut sebagai gejala yang ekstrem atau sangat mengganggu.

Tak heran bila, "Hampir tiga perempat pasien atau sekitar 74 persen yang disurvei menyatakan fibromyalgia menyebabkan kualitas kerja memburuk," kata Prof. Pradit. (GHS/Abdi Susanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau