Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Antikorupsi Harus Jadi Momentum Refleksi

Kompas.com - 09/12/2009, 19:11 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang diwarnai unjuk rasa di berbagai daerah harus dijadikan momentum refleksi, sudah sejauh mana upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pemberantasan korupsi kerap gagal lantaran upaya yang hanya sebatas panas-panas tahi ayam oleh penguasa.

Demikian diungkapkan Direktur Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Zainal Arifin Mochtar, di sela-sela aksi Hari Antikorupsi Sedunia bertema "Saatnya Kampus Jogja Bicara" di bunderan Universitas Gadjah Mada, Rabu (9/12/09) sore. Acara yang diisi orasi bergantian, hapening art, dan pembacaan puisi, ini dihadiri ratusan orang, mulai dari mahasiswa, lembaga swadaya masyarakat, wakil jurnalis, dosen, hingga wakil rektor.

Apa yang terjadi di bunderan UGM hanyalah salah satu dari sejumlah aksi menyambut hari Antikorupsi Sedunia yang berlangsung sepanjang Rabu, di Yogyakarta. Rabu pagi, sedikitnya tiga elemen meramaikan perempatan kantor pos besar Yogyakarta, salah satunya oleh seratusan massa dari Angkatan Muda Muhammadiyah.

Menurut Zainal peringatan kali ini hanyalah simbolisasi gelindingan persoalan korupsi yang semakin banyak, termasuk kejengkelan masyarakat atas kasus yang menimpa Bibit-Chandra akhir-akhir ini. Hari ini, di Yogyakarta massa aksi tidak perlu terlalu besar. "Yang penting kita jangan sampai mundur. Kita harus punya amunisi untuk terus mengawal pemberantasan korupsi agar selepas 9 Desember nanti tidak melemah," ujarnya.

B Hestu Cipto Handoyo Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang turut berorasi menyarankan seluruh perguruan tinggi di Yogyakarta menciptakan sarjana-sarjana pemimpin bangsa yang memiliki moral. "Kurikulum antikorupsi harus masuk perguruan tinggi. Kita tidak bisa hanya sekadar berkutat pada akademis," ujarnya.

Para pengunjuk rasa memang sempat sewot dengan kasus korupsi yang mengemuka saat ini, yang diduga melibatkan Boediono dan Sri Mulyani. Sebelum menjadi Wakil Presiden Boediono berasal dari UGM yang seharusnya berbuat lebih baik.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com