JAKARTA, KOMPAS.com —
Sejumlah siswa di Jakarta, Bandung, Magelang, dan kota- kota lainnya mengatakan, Rabu (13/1/2010), besarnya pungutan bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga di atas Rp 150.000 per siswa. Dana ini, antara lain, untuk biaya membuat soal, mencetak atau menggandakan soal. Selain itu, dana juga digunakan untuk uang lelah guru yang memberikan pelajaran tambahan menghadapi ujian nasional pada Maret mendatang. Pelajaran tambahan umumnya diberikan di luar jam sekolah.
Wakil Kepala SMP Muhammadiyah Mungkid, Kabupaten Magelang, Masrur mengatakan, penarikan tambahan uang dari orangtua siswa menjadi solusi terakhir yang dilakukan karena pemerintah tidak memberikan bantuan dana. Bantuan operasional sekolah (BOS) yang dalam petunjuk teknisnya disebutkan dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran siswa, termasuk untuk persiapan UN, juga tidak cukup untuk membiayai semua kegiatan mempersiapkan ujian.
”Akhirnya, kami memutuskan menarik tambahan uang sebesar Rp 50.000 per siswa,” ujar Masrur. Jumlah siswa kelas III yang nanti menjadi peserta UN terdata 183 anak.
Uang Rp 50.000 per siswa tersebut, menurut Masrur, digunakan untuk penggandaan soal, pembuatan materi latihan soal, serta uang lelah untuk guru.
Di SMP Negeri 1 Mungkid, penarikan iuran bersifat sukarela, menyesuaikan kemampuan orangtua siswa. Besaran iuran bervariasi, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 150.000 per siswa. Namun, beberapa siswa yang tidak mampu digratiskan, tidak perlu membayar iuran.
Kepala SMP Negeri 1 Mungkid Adi Edy Suwanto mengatakan, penarikan iuran ini sudah dibicarakan kepada para orangtua murid.
Di SMU Muhammadiyah Borobudur, Kabupaten Magelang, orangtua murid dimintai tambahan biaya Rp 125.000 per orang. Uang itu digunakan untuk pelaksanaan pelajaran tambahan bagi siswa selama 10 minggu.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Magelang Ngaderi Budiyono mengatakan, penarikan iuran untuk persiapan UN hanya boleh dilakukan oleh sekolah swasta. Hal ini mempertimbangkan kemampuan sekolah swasta yang biasanya minim anggaran.
Yeremia (15), siswa SMP negeri di Kota Bandung, mengatakan siswa membayar Rp 100.000 per bulan untuk biaya pendalaman materi UN. Doroti, ibu Yeremia, mengatakan, pemungutan biaya pendalaman materi UN diputuskan bersama orangtua siswa. Pendalaman materi dilakukan di luar jam sekolah sehingga diperlukan dana untuk tambahan transportasi guru.
Pendalaman materi UN yang dilakukan sekolah ada juga yang bekerja sama dengan bimbingan belajar. Risdian, penanggung jawab Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri Cabang Ciracas, Jakarta, menjelaskan siswa bimbingan belajar umumnya mendaftar atas inisiatif sendiri.
Elin Driana, Koordinator Education Forum (EF), mengatakan, UN menguntungkan siswa dari keluarga kaya karena mereka dapat mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolah.
”Adapun siswa miskin hanya bisa belajar sendiri atau mengikuti pelajaran tambahan di sekolah,” ujarnya, dalam pertemuan Tim Advokasi Korban Ujian Nasional dan EF dengan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Jakarta, Rabu (13/1/2010). Fasli mengakui, UN tidak menjadi momok yang menakutkan bagi sekolah-sekolah yang berprestasi baik sebab mereka sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. (ELN/EGGI/IRE)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.