Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UN Vs Pendidikan Karakter, Pilih Mana?

Kompas.com - 20/01/2010, 18:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tekad pemerintah untuk memperkuat karakter dan budaya bangsa melalui pendidikan di sekolah tampaknya justeru bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah menggelar Ujian Nasional (UN).

Sehubungan dengan digelarnya UN pada Maret 2010 mendatang, mulai dari sekolah, guru, pengajar di bimbingan belajar, bahkan orang tua pun menjejali anak didiknya dengan soal-soal tes dan persiapan UN. Tujuannya hanya satu, lulus dengan nilai yang bagus.

Demikian dikatakan oleh Managing Director Sekolah High/Scope Indonesia (SHI) Antarina S.F Amir kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (20/1/2010). "Pada saat ini sebetulnya mana yang lebih penting. Kalau targetnya pendidikan karakter, berarti UN itu distop dulu," ujar Antarina.

Antarina sepakat, bahkan sangat mendukung ketika pemerintah menyatakan perlu memperkuat pendidikan karakter dan budaya melalui pendidikan di sekolah. Seperti diberitakan sebelumnya di Kompas.com (14/1/2010), Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengemukakan perlunya memperkuat karakter dan budaya bangsa melalui pendidikan pada Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Jakarta.

Menurutnya, beberapa kebiasaan atau budaya yang perlu ditumbuhkembangkan di antaranya adalah budaya apresiasif konstruktif. Budaya berikutnya, kata Mendiknas, yang perlu dikembangkan adalah obyektif komprehensif, serta budaya memiliki rasa penasaran intelektual atau intellectual curiosity dan kesediaan untuk belajar dari orang lain.

"Kalau begitu tujuannya, bukankah UN itu justeru bertolak belakang, sebab value yang didapatkan dari UN adalah nilai, nilai, dan nilai. Mulai dari guru, siswa, serta orang tua murid sibuk mengejar target nilai anak didik, sampai-sampai akhirnya menimbulkan kecurangan dan menyebabkan stres. Jadi, pesan yang didapatkan oleh siswa dari UN itu hanyalah prestasi mendapatkan nilai," tambahnya. 

Saat ini, lanjut Antarina, yang dibutuhkan masyarakat dari pendidikan nasional adalah pendidikan karakter, tanpa melupakan akademik dan menjadikan nilai sebagai "dewa". Tetapi, kebijakan UN justeru menjauhkan dari tujuan membangun pendidikan karakter pada anak didik, selain tentunya menghambur-hamburkan uang dan energi membahas polemik di dalamnya.

"Nah, jadi untuk apa sebetulnya UN? Bahkan kalau mau dikatakan, salah satu pemicu korupsi di Indonesia adalah kita terlalu mengagung-agungkan nilai dan angka-angka. Jelas, semua itu sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan karakter," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com