Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Nasional Demokrat Embrio Parpol ala Paloh

Kompas.com - 01/02/2010, 16:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat menilai pembentukan organisasi massa Nasional Demokrat  mantan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Surya Paloh sulit dilepaskan dari motif politik. Nasional Demokrat diprediksi sebagai embrio dari partai politik yang akan didirikan Paloh untuk bertarung di arena pemilu 4 tahun mendatang. Meski demikian, Paloh menyatakan pendirian perhimpunan tersebut hanya untuk mengakomodasi aksi-aksi sosial.

"Perhimpunan Nasional Demokrat (PND) testing the water, uji pasar terhadap kemungkinan ormas yang didirikan Surya Paloh untuk membuat partai di 2014. Paloh sepertinya tidak ingin tergesa-gesa mendeklarasikan partai baru. Kalau uji pasar positif, bukan tidak mungkin PND akan bermutasi menjadi parpol baru," kata pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, saat dimintakan analisisnya, Senin (1/2/2010), kepada Kompas.com.

Arah mutasi menjadi kekuatan politik baru, dibaca Burhan, melalui lambang perhimpunan yang didominasi warna biru dan kuning. Menurut dia, Paloh mengarahkannya untuk mencuri basis dukungan partai asalnya, Partai Golkar, dan partai yang berjaya di dua pemilu, Demokrat. "Ceruk pasarnya hampir sama, pluralis, keagamaan moderat, dan nasionalis. Mengambil ceruk pasar Golkar sangat dimungkinkan, karena para aktivis PND juga diambil dari Golkar. Nama 'Demokrat' dan warna biru saya baca sebagai bentuk antisipasi terhadap pertumbuhan Demokrat. Jadi, sepertinya yang terancam dengan kehadiran PND ini Golkar dan Demokrat," ujar Burhan.

Akan tetapi, menurutnya, sebagai sebuah perhimpunan baru, Nasional Demokrat akan menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya, belum tentu mudah diterima oleh kalangan Golkar sendiri. Tantangan berikutnya, perilaku pemilih Indonesia masih terjebak dalam karakter "tokohisme". Selama Nasional Demokrat belum bisa menelurkan tokoh-tokoh alternatif yang mampu menarik simpati publik, maka keberadaan perhimpunannya hanya sekadar menjadi "penggembira".

"Bagaimanapun juga, SBY masih di atas angin. Kalau PND bisa melahirkan tokoh alternatif, mungkin bisa sedikit berkibar. Tapi kalau hanya mengandalkan tokoh-tokoh lama, agak sulit," ungkapnya.

Burhanuddin tak melihat Nasional Demokrat sebagai wujud "sakit hati" Paloh atas kekalahannya dari Aburizal Bakrie pada Munas Golkar Oktober 2009 lalu. Hanya saja, ia memandang Nasional Demokrat merupakan wujud eksperimen Paloh untuk menantang induknya, Partai Golkar. "Golkar memang melakukan sebuah kesalahan politik dengan tidak mengakomodasi Paloh dan elite-elite yang mendukungnya. Kita lihat saja perkembangannya dalam satu atau dua tahun ke depan," kata Burhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com