Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pengacara Robot Gedek Diimbau Jadi Saksi

Kompas.com - 05/02/2010, 21:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Polisi diimbau memanggil dua pengacara Robot Gedek sebagai saksi kasus Baekuni alias Babeh (49). Tujuannya agar publik tenang karena semua jelas. Publik juga bisa terus berharap, polisi tetap profesional seperti saat ini.

Demikian disampaikan Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Indonesia Patra M Zen, dan pengacara LBH Jakarta, Asfinawati dari LBH Jakarta.

Seto berharap, untuk meredam kontroversi kasus Babeh, sebaiknya polisi memanggil kedua pengacara Robot Gedek yang yakin bahwa Sunarto alias Babeh sama dengan Baekuni alias Babeh. "Saya percaya Polda Metro Jaya punya kemampuan itu karena profesional," ucapnya.

Menurut Seto, penjelasan tentang hal ini akan membuat publik, terutama mereka yang memiliki anak, tenang. "Apalagi kalau kemudian terbukti bahwa pelaku kejam terhadap anak itu, ternyata ya cuma Babeh, sedang Robot cuma korban fitnah," jelas Seto.

Meski demikian, Seto menyerahkan soal penyidikan kepada polisi.

Sebelumnya, pengacara Robot, Febry Irmansyah, yakin bahwa Sunarto sama dengan Baekuni. "Saya yakin 100 persen. Face-nya tidak berubah kok," ucapnya.

Penyidik Ajun Komisaris Tahan Marpaung tak sependapat. "Sunarto dan Baekuni itu orang yang berbeda," kata penyidik yang menyelidiki baik kasus Robot maupun kasus Babeh itu, Jumat (5/2/2010). Untuk membuktikan hal itu, ia sedang meminta foto diri Sunarto dari Polres Jakarta Timur (Jaktim).

Pembuktian ilmiah

Patra mengimbau polisi tetap bertahan menggunakan metode pembuktian ilmiah dalam menyidik Babeh. "Dengan capaian kemampuannya sekarang, saya yakin Polda Metro mampu melakukan hal itu," tuturnya saat ditemui secara terpisah.

Asfinawati menambahkan, bukti-bukti ilmiah dapat diperoleh dari proses pemeriksaan di laboratorium kriminal dan forensik.

Dalam kasus Babeh, bukti ilmiah dapat digunakan untuk mengungkap dan mencari keterkaitan Babeh dengan Siswanto alias Robot Gedek, yang dipidana hukuman mati tahun 1997. Febry menduga, Babeh berada di balik kasus Robot.

Babeh mengaku sudah membunuh 14 anak. Dari jumlah tersebut, tulang dari ketujuh korban termasuk Ardiansyah (10) sudah ditemukan. Tubuhnya ditemukan di tepi Jembatan Banjir Kanal Timur, Cakung, Jakarta Timur, 8 Januari lalu, sedangkan kepalanya ditemukan di Jembatan Jengkol tak jauh dari Terminal Bus Pulogadung. Penemuan ini mengawali pengungkapan Babeh yang diduga sebagai pembunuh berantai.

Kepala korban

Sementara Babeh tampak sehat dan cerah meski mengaku kurang tidur pada dua hari belakangan. Babeh mengatakan, hidupnya sedikit lebih ringan setelah adiknya, Dahlia (40), menjenguknya dua kali.

"Kalau ketemu saya, dia nangis. Dia bilang, kok jalan cerita hidup saya jadi begini. Saya jawab, lha mau bagaimana lagi?" ucapnya lirih.

Babeh mengaku kurang tidur karena setiap tidur, Babeh dibayangi banyak kepala anak-anak yang ia bunuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau