BANDUNG, KOMPAS.com - Praktik pendidikan, khususnya di tingkat dasar, yang lebih banyak menekankan kepada ingatan atau aspek kognitif, dinilai salah kaprah. Pendidikan model ini justru hanya akan membuat peserta didik kehilangan daya saingnya.
"Pendidikan tidak memberikan tempat untuk tumbuhnya kemandirian dan kreativitas. Inilah yang terlihat dari profil umum anak didik saat ini berdasarkan hasil riset kami," tutur dosen Psikologi Universitas Padjadjaran, Hatta Albanik dalam seminar bertajuk "The Power of Indonesia" yang diadakan di Kampus Unpad, Bandung, Kamis (11/2/2010).
Pendidikan semacam ini, menurutnya, lebih mementingkan produk atau hasil, bukan prosesnya. Ini terlihat jelas dari pola pembelajaran Matematika, misalnya, yang lebih cenderung mengarahkan siswa menghapal rumus, bukan pemecahan masalah. Atau, bahasa Inggris yang mementingkan struktur (grammar), ketimbang percakapan.
"Ini membuat orang-orang kita biasanya lebih terlatih menghapal, tetapi punya persepsi sosial yang rendah. Lihat saja, ada dosen dan mahasiswa yang jago menghapal, padahal IQ-nya rendah," tuturnya.
Ia pun mengkritisi sistem penjurusan yang dilakukan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka yang pintar masuk ke IPA, sementara yang kurang atau bodoh ke Sosial Budaya. "Akibatnya, politikus kita kualitasnya begini. Padahal, yang namanya orang politik mestinya lebih pintar-pintar," kata mantan staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.
Menurut Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi, Nizam, peranan guru dan dosen sangat menentukan di dalam praktik pendidikan. "Dari 2,7 juta dosen, kan baru 1,5 juta yang sudah S1. Sementara, dari 150 ribu dosen, yang sudah S2 dan S3 belum ada separuhnya," ujarnya memperlihatkan kondisi tenaga pengajar di Tanah Air.
Untuk memperbaiki kualitas pendidikan, tambah Nizam, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ibaratnya menanam pohon jati, butuh proses lama dan kesabaran. Salah satunya, yaitu menunggu perbaikan kualitas guru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.