Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Program Studi, Lulus Kuliah "Nganggur"

Kompas.com - 18/02/2010, 17:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu penyebab tingginya angka "pengangguran akademik" perguruan tinggi di Indonesia adalah ketidaksiapan lulusan dalam menghadapi tantangan dan tuntutan di dunia kerja. Penyebab awalnya, karena umumnya mahasiwa salah dalam mengambil keputusan saat memilih program studi yang tidak sesuai bakat dan minatnya.

"Ketika lulus, banyak mahasiswa yang bingung. Mereka merasa salah mengambil program studi atau jurusan, merasa tidak bermanfaat menimba ilmu dan sebagainya yang pada akhirnya berujung tidak mendapatkan pekerjaan layak sesuai disiplin ilmunya," ujar CEO Inti Indonesia Sudino Lim dalam diskusi media bertema Siap Hadapi Tantangan Dunia Kerja dengan Pendidikan Berfokus Karir yang digelar oleh INTI Indonesia di Jakarta, Kamis (18/2/2010).

Menurut data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), tingginya jumlah pengangguran di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Data tersebut mengungkapkan, dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran.

Lebih mengkhawatirkan lagi, tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Merekalah yang kerap disebut dengan "pengangguran akademik". 

"Berdasarkan riset pasar yang kami lakukan, kami melihat bahwa sejak awal calon mahasiswa cenderung memilih program studi hanya berdasarkan tren, teman dekat, bahkan ada mahasiswa yang membiarkan keputusan memilih program studi itu kepada orang tuanya," sambung Lim.

Lim mengungkapkan, meski tanpa merinci data hasil risetnya, sampai detik ini faktor yang menjadi penentu pemilihan program studi itu didominasi oleh tiga hal. Pertama, pemilihan menurut referensi orang tua. Kedua, pilihan didasarkan pada tren terkini, baik itu perguruan tinggi ternama atau program studi yang sedang banyak dibutuhkan.

Faktor ketiga, kata Lim, adalah faktor teman. Pemilihan hanya berdasarkan keinginan untuk tetap dekat dengan teman-teman dekat atau sahabat yang memilih perguruan tinggi atau program studi tertentu.

"Tidak banyak yang benar-benar memilih perguruan tinggi sesuai bakat dan minatnya. Kita belum menjadikan tes bakat dan minat sebagai langkah awal memilih perguruan tinggi, padahal itu sangat penting, karena kebutuhan di dunia kerja akan selalu berubah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com