Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antonius Tanan Mendidik "Entrepreneur"

Kompas.com - 22/02/2010, 07:37 WIB

Saya melihat di masyarakat punya pandangan yang keliru tentang pendidikan entrepreneurship. Pertama, ada yang berkata kalau memasukkan pendidikan entrepreneurship berarti membuat kurikulum baru. Sebenarnya tidak perlu. Pendidikan entrepreneurship itu memperkaya dan mempertajam kurikulum yang sudah ada.

Kedua, ada juga anggapan mengajarkan entrepreneurship itu mengajarkan dagang. Itu terlalu sempit. Pendidikan entrepreneurship lebih luas dari itu. Ketiga, kita menganggap berpikir belajar entrepreneurship itu kalau sudah besar. Itu keliru. Benih-benih inspirasinya mesti dimulai sejak dari kecil. Ini bisa dimulai dari mengembangkan kreativitas.

Saya membayangkan dan merindukan Indonesia menciptakan produk-produk hebat setaraf Google, Microsoft, dan sebagainya. Tidak sekarang mungkin, tetapi benihnya kenapa enggak kita siapkan sekarang. Pendidikan kewirausahaan menuntut adanya kreativitas. Belajar jangan memori, tapi harus kreatif!

Bagaimana mewujudkan pendidikan entrepreneurship di Indonesia?

Ketika diminta menerapkan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dengan mendirikan Universitas Ciputra tahun 2006, buat saya masuk akal. Banyak perguruan tinggi bisnis, tetapi tidak mengajarkan secara spesifik masalah kewirausahaan.

Saat saya diminta mengajarkan kewirausahaan sejak dari taman kanak-kanak, saya gamang dan kaget. Apa mungkin? Saya coba cari informasi di internet.

Tahun 2006 saya ke Amerika Serikat. Saya kaget, ternyata ada konferensi di tentang pendidikan entrepreneurship untuk guru-guru di Arizona. Konferensi itu sudah yang ke-24. Tidak heran jika entrepreneur muda banyak lahir dari Amerika Serikat karena mereka mengembangkan entrepreneurship sudah sangat lama. Mereka kini tinggal memetik hasilnya.

Sebenarnya apa yang bisa didapat dari pendidikan entreprenership?

Di balik pendidikan kewirausahaan adalah kreativitas. Kita tahu, saat anak-anak mereka sangat kreatif. Namun saat mereka sekolah hingga selesai, kreativitas mereka hilang menjadi semangat pekerja. Di mana hilangnya? Tentu ada yang kurang dalam sistem pendidikan, lingkungan, serta kehidupan keluarga.

Bagaimana menjalankan pendidikan entrepreneurship di setiap level pendidikan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com