JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia menghadapi pekerjaan rumah terkait penyediaan sumber daya manusia pada industri pelayaran dan perkapalan nasional. Demikian dikemukakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dalam sambutan tertulis pada Indonesia Cabotage Advocation Forum 2010 di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (31/3/2010).
Menurut Hatta, dengan pertambahan lebih dari 3.000 kapal berbendera nasional dalam waktu lima tahun terakhir, tidak kurang 45.000 pelaut diperlukan untuk melayani pertambahan armada kapal nasional tersebut.
Sementara di sisi lain, kemampuan lembaga pendidikan pelaut di Indonesia hanya bisa menghasilkan rata-rata 2.300 pelaut dalam satu tahun. Demikian pula industri perkapalan, dengan pertambahan jumlah armada nasional 9.000 kapal, maka kebutuhan tenaga profesional di industri perkapalan pun meningkat paling tidak dua kali lipat.
Menurut dia, pertambahan armada tersebut bisa menjadi modal utama untuk mengembangkan industri perkapalan nasional. "Kita harus mempunyai kebijakan jelas mengenai pengembangan industri perkapalan untuk jangka waktu 10-20 tahun ke depan," katanya.
Di bidang keuangan, Hatta mengatakan, masih cukup banyak pekerjaan rumah pemerintah dalam menata kembali tata cara pelaksanaan kebijakan perpajakan untuk sektor pelayanan.
"Kami memahami kesulitan yang dialami industri pelayaran dan perkapalan nasional terhadap kebijakan perpajakan kita yang membuat pelaku pasar memilih tidak menggunakan galangan kapal nasional, membeli kapal bekas, ataupun mengimpor suku cadang dari luar negeri," katanya.