Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prof Gumilar R Somantri: Kenapa Tak Yakin dengan Internasionalisasi?

Kompas.com - 02/04/2010, 13:10 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Sebagai perguruan tinggi negeri terbesar di Indonesia, Universitas Indonesia juga menjadi satu dari 11 universitas di Indonesia yang terpilih menerima dana 10.000 poundsterling atau sekitar Rp 143 juta dari Pemerintah Kerajaan Inggris untuk dijadikan dana awal pengembangan kemitraan UI dan University of Newcastle dalam kerja sama program bidang Penelitian Biomedical.

Untuk menjajaki upaya kerja sama itu, Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri diundang berkunjung ke London, Inggris, bersama lima rektor perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia mengikuti Konferensi Pendidikan Internasional "Going Global 4" yang digelar British Council, 25-26 Maret 2010. Berikut petikan wawancaranya dengan Kompas.com:

Bagaimana UI menyikapi undangan konferensi dan kerja sama internasionalisasi ini?

Baik. UI sangat menyambut baik karena saat ini berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia, mulai dari benua Amerika, Eropa, bahkan Asia, punya kesadaran yang sama bahwa saat ini mereka tengah menghadapi kompetisi global.

Apakah dengan begitu tuntutan internasionalisasi juga begitu kuat bagi UI?

Ya, sangat kuat. Karena dengan kesadaran itu pula, perguruan tinggi-perguruan tinggi di dunia perlu menjadi peran sentral sebagai driver bagi pembangunan sosial ekonomi negaranya masing-masing, termasuk UI.

Dalam konteks ini, perguruan tinggi membutuhkan orang-orang berbakat, mulai dari mahasiswa sampai guru besar serta peneliti-penelitinya. Melalui merekalah SDM yang diharapkan oleh perguruan tinggi bisa menembus persaingan pasar global.

Kiranya, hal itu menjadi alasan pertama UI melakukan internasionalisasi karena sesuai dengan harapan UI lima tahun ke depan dalam Renstra UI, yaitu ingin menempatkan diri sebagai bagian dari kelompok Universitas Riset Kelas Dunia.

Bukankah sudah banyak SDM Indonesia yang menembus pasar global?

Ya, tapi faktanya, pasar semakin terbuka bebas, lapangan kerja yang ada pun semakin terbatas di negara kita. Sebaliknya, pasar kerja di dunia internasional begitu luas, dinamis, dan menuntut mobilitas tinggi sehingga yang disiapkan oleh perguruan tinggi saat ini benar-benar lulusan yang dapat go international, bukan lagi semata bisa kerja atau berwirausaha.

Apa syarat yang membuat Anda begitu yakin bahwa internasionalisasi ini akan berhasil di UI?

Pertama, UI harus didukung fasilitas TIK (teknologi informasi dan komunikasi) serta peralatan-peralatan penelitian yang lengkap dan canggih. Terus terang, riset yang berkualitas bagi peradaban manusia bukan harga yang murah dilakukan oleh instansi pendidikan, harus didukung kuat banyak pihak. 

Kedua, UI harus beraliansi dengan industri dan institusi lain yang kuat untuk mendukungnya mulai dari sisi finansial sampai birokrasi. Nah, semua syarat itu bisa kita penuhi, kan? 

Seberapa kuat kita (Indonesia) bisa menembus internasionalisasi itu, terutama Eropa umumnya dan Inggris khususnya?

Kita lihat sendiri, dinamika pertumbuhan ekonomi dunia pada masa lalu yang dikuasai oleh negara-negara dari benua Amerika dan Eropa terus berubah dan kini terlihat bergeser ke Asia, baik itu Asia Timur maupun Asia Tenggara.

Hebatnya, perubahan itu juga berlaku pada bidang pendidikannya karena kini perguruan-perguruan tinggi di Asia Tenggara, misalnya, yang tak disangka-sangka bisa berdenyut kuat dan aktif mereformasi diri. Hasilnya, pendidikan mereka bisa men-driving force bidang sosial ekonomi negaranya masing-masing. Nah, kenapa kita tidak yakin lagi?

Anda melihat celah bahwa kerja sama ini bisa terjalin dan berhasil dengan mereka?

Jelas sekali itu. Mereka (negara-negara Uni Eropa) telah punya keterikatan dalam Perjanjian Bologna yang mengharuskan setiap negara mengirimkan para pelajarnya untuk belajar di luar negeri (study abroad) sebagai konsep internasionalisasi pendidikan mereka. Inilah peluang yang harus ditangkap oleh UI. 

Bukan itu saja. Terus terang, "tradisi tua", seperti ketenaran Oxford dan UCLA, saat ini sudah mendapat tantangan dari banyak perguruan tinggi di Asia, orang-orang di Eropa dan AS sebetulnya sudah sadar akan hal itu sehingga kini mereka merasa perlu berpartner dengan Asia. Eropa tetap jaya, tapi mereka sadar bahwa sudah banyak tantangan di depan mata, yaitu Asia.

Pada akhirnya, bagaimana kesiapan UI sendiri menghadapi kerja sama ini?

Sejauh ini UI sudah melakukan beberapa persiapan dengan menyempurnakan fasilitas TIK dan risetnya. UI juga sudah menyiapkan aliansi strategis dengan industri sebagai pendukung utama UI melakukan internasionalisasi ini.

Di sisi lain, UI sudah menjalankan Kelas Internasional di lima fakultasnya, yaitu Fakultas Psikologi, Teknik, Kedokteran, Ilmu Komputer, serta Ekonomi yang bekerja sama dengan universitas-universitas terkemuka di Australia dan Eropa untuk program sarjana dengan gelar ganda. Inilah modal utama kita.

Terakhir, apa harapan Anda terkait pengembangan internasionalisasi ini di UI? 

UI harus bisa menjadi cyber university, seperti halnya University of Sunderland di Inggris. Namun, harapan untuk itu tidak perlu sampai menutup kemajuan riset-riset konvensional yang sebetulnya UI bisa menggarap kerja samanya dengan Inggris atau negara lain, seperti pada bidang ageing study atau molecular biology.

Dengan pihak Inggris, saat ini UI sedang menjajaki kerja sama dengan Lougborough University dan Newcastle University dan saya berharap semua bisa terjalin dengan baik sesuai harapan UI ke depan.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com