TANGERANG, KOMPAS.com — Peminat sekolah rumah atau home schooling terus bertambah karena pada model sekolah ini hubungan guru dan murid lebih terbuka. Selain itu, metode belajar-mengajar sekolah rumah juga mengutamakan kebebasan dalam mengembangkan potensi anak didik sehingga suasana belajar lebih positif dan menyenangkan.
Demikian mengemuka dalam diskusi "Pengembangan Pendidikan Informal/Sekolah Rumah di Tangerang Selatan", Rabu (14/4/2010) di Kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang.
Jimmy Paat dari Sekolah Tanpa Batas mengemukakan, pendidikan alternatif atau sekolah rumah memiliki dua keunggulan dibandingkan dengan sekolah konvensional. Selain posisi hubungan yang tidak kaku antara guru dan anak didik, sekolah rumah juga lebih terbuka pada proses dialog dan negosiasi, terutama dalam hal pembuatan program sesuai dengan kurikulum yang ada.
"Program bisa dinegosiasikan, tidak ditentukan oleh guru ataupun murid. Sekolah rumah bisa menjadi terobosan," kata Jimmy.
Menurut Abi Sabsono dari Komunitas Semut, anak harus diberikan kebebasan berekspresi dan tidak didikte salah benar atau diberi instruksi melulu seperti di sekolah konvensional. Faktor kebebasan berekspresi di sekolah rumah itulah, kata Jimmy, yang menjadi faktor yang sangat menguntungkan bagi anak-anak berbakat. Suasana belajar yang tidak membosankan menjadi alasan utama yang biasanya dipilih orangtua.
Nobel, siswa kelas I SMP sekolah rumah, mengatakan, lebih suka belajar di lingkungan rumah karena lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Adapun bahan pelajaran banyak tersedia di internet.
Marko, siswa kelas III SMA di sekolah rumah komunitas Pelangi, juga merasa lebih nyaman belajar di sekolah rumah karena perhatian guru yang terfokus pada anak didiknya. "Tidak seperti sekolah biasa yang muridnya banyak. Kalau terlalu banyak, guru tidak bisa fokus kasih perhatian," ujarnya.
Sumardiyono, pengelola milis sekolah rumah, mengingatkan, masih banyak warga masyarakat yang mempertanyakan masalah legalitas dan ujian sekolah rumah. "Ini masuk akal karena masyarakat ingin melihat respons dan kepedulian pemerintah pada sekolah rumah," ujarnya.
Gangguan listrik
Pada saat yang bersamaan dengan acara diskusi diselenggarakan try out and placement test di Kampus UMJ dengan mata ujian Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Fisika, dan Ekonomi pada hari pertama. Tes uji coba ujian nasional sekolah rumah (UNSR) ini akan berlangsung tiga hari hingga Jumat mendatang.
Kegiatan tersebut diikuti 327 anak didik, masing-masing 160 anak didik untuk Paket C, 86 anak didik Paket B, 54 anak didik Paket A, dan 27 anak didik yang mengikuti ujian online di Yogyakarta, Pekanbaru, Malang, Jember, Pangkal Pinang, Meksiko, Suriah, dan Filipina.
Ketua Panitia UNSR 2010 Erlina VF Ratu mengatakan, ia khawatir akan muncul masalah pada penyelenggaraan UNSR pertama, terutama bagi peserta ujian online. Kekhawatiran itu lebih terfokus pada persoalan teknis, yakni ketersediaan dan kestabilan jaringan listrik yang berbeda-beda di setiap wilayah. (LUK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.