Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bidang Pendidikan Perlu Dimaksimalkan

Kompas.com - 18/05/2010, 14:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi program-program Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang pendidikan saat ini masih perlu dimaksimalkan untuk membantu pemerintah memperluas pemerataan kesempatan anak-anak Indonesia mengenyam pendidikan. Angka tidak sekolah di Indonesia masih terlalu tinggi dan butuh uluran tangan.

Saat ini, masih terdapat 29 juta anak usia PAUD, 41 juta anak usia Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, serta 12 juta populasi anak usia SMA yang belum menikmati pendidikannya. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, terutama bagi kelangsungan masa depan bangsa.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam sambutan peresmian Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim (YPA-MDR) dan penyerahan bantuan beasiswa oleh PT Astra Internasional Tbk di TMII, Jakarta, Selasa (18/5/2010), mengatakan masih panjang tahapan yang perlu mendapat dukungan program-program CSR di Indonesia. Sebagai regulator, Kemendiknas RI akan berupaya terus memfasilitasi bermacam peluang untuk tumbuh berkembangnya program CSR bagi peningkatan bidang pendidikan.

"Karena masih banyak anak di usia SD-SMP yang belum menikmati apa yang kita sebut dengan joy full learning dalam Wajar 9 tahun. Setelah lulus dan masuk SMA atau SMK, mereka pun perlu tambahan life skill untuk masa depannya, baik untuk kemudian berlanjut kuliah atau kerja, atau kerja dulu kemudian kuliah. Saya berharap, antara segala potensi dan kebutuhan itu bisa saling bersinergi," ujar Fasli.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Astra Internasional Prijono Sugiarto mengatakan, sebagai perusahaan publik yang memiliki tanggung jawab sosial dan menjunjung filosofi catur dharma perusahaan, Astra menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama aktifitas CSR-nya. Kiprah perusahaan otomotif tersebut selama ini dibuktikan melalui upaya anak-anak perusahaannya berikut lima yayasan pendidikan binaannya masing-masing.

Sejak 1974 misalnya, Yayasan Toyota-Astra (YTA) didirikan dan diarahkan untuk fokus pada pemberian beasiswa tingkat SD hingga sarjana, sumbangan alat peraga pembelajaran, serta bidang kebudayaan. Sementara pada Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI), yang didirikan pada 1995, lebih mengarahkan prioritasnya pada penyelenggaraan pendidikan dengan mendirikan Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra).

"Kebutuhan yang ada sampai saat ini untuk kita sumbangkan tidak cukup hanya yang sifatnya hardware, tetapi juga software seperti pendidikan dan pelatihan. Potensinya ada, sebaliknya yang dibutuhkan juga sesuai," ujar Prijono.

Untuk itu, di tahun yang sama berdirinya YABI, Astra juga mendirikan Yayasan Astra Honda Motor (YAHM). Fokus yayasan ini untuk memberikan pendidikan muatan lokal tingkat STM/SMK, bantuan alat peraga seperti mesin produksi, dan beasiswa.

"Sedangkan YPA-MDR yang menggantikan Yayasan Astra Bina Pendidikan atau YABP khusus bergerak di bidang pengembangan program pendidikan di daerah-daerah tertinggal," tutur Prijono.

Didirikan lima tahun yang lalu, YABP atau kini YPA-MDR telah memiliki sekolah binaan yang terdiri dari 5 SDN dan 2 SMPN di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat, serta 6 SDN dan 1 SMPN di Gunung Kidul dan 3 SDN di Bantul, DI Yogyakarta.

Terakhir, upaya lain yang dilakukan adalah melalui Yayasan Karya Bakti United Tractors (YKBUT) yang baru berdiri pada 2008 lalu. Yayasan ini khusus menitikberatkan programnya pada penyediaan tenaga ahli dan operator bersubsidi. Prijono menuturkan, selama ini program tersebut sudah dijalankan oleh Astra bekerjasama dengan 100 SMK di seluruh wilayah Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com