Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Kiprah Guru Meniupkan Perubahan

Kompas.com - 21/05/2010, 13:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kongres Guru Indonesia (KGI) tahun ini digelar untuk yang keempat kalinya. Mengambil tema Preparing Educators for a Changing World: Education for Sustainable Development, kongres tersebut dicita-citakan dapat menyadarkan para guru atau kaum pendidik, agar mampu meniupkan angin perubahan terhadap pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan atau Education for Sustainable Development/ESD.

Demikian hal itu mengemuka dalam beragam tema presentasi, makalah, serta diskusi-diskusi di antara padatnya jadwal kongres KGI 2010 yang digelar sejak Kamis (20/5/2010) sampai hari ini, Jumat (21/5/2010) ini, di Balai Kartini, Jakarta. Sekitar 1.000 guru dan 40 pembicara ahli, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, hadir di kongres itu untuk mencapai tujuan tersebut.

Sejatinya, selama dua hari mengikuti kongres tersebut, muncul satu kesadaran, bahwa mencapai tujuan mulia yang disebut dengan ESD bukanlah pekerjaan yang semudah membalik telapak tangan. Tujuan itu seolah masih jauh melayang-layang di langit, perlu upaya keras untuk digapai dan ditarik hingga turun ke bumi.

Prof Dr Paulina Panen, Ketua STKIP Kebangkitan Nasional/Sampoerna School of Education, sebagai salah satu tokoh yang memiliki hajatan besar bagi kaum pendidikan Indonesia ini berujar, ESD atau pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan bukanlah satu subyek atau disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh para siswa dengan cara duduk di dalam kelas. ESD adalah sebuah proses, pandangan, sikap, dan juga aksi.

"ESD adalah proses belajar yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdebat, berdiskusi, melakukan refleksi, mengembangkan ide-ide baru, bersahabat dengan bumi, serta menjaga perdamaian antar sesamanya di sebuah bangsa," ujar Paulina.

Untuk itulah, lanjut Paulina, para guru harus mampu memperkuat komitmennya untuk memberikan kontribusi positifnya ke berbagai pihak. Sebagai praktisi di lapangan, ujarnya, guru harus mampu menyadarkan kita semua, bahwa segala perubahan harus disikapi secara sistematik oleh berbagai pihak.

"Sadar bahwa perubahan di dunia pendidikan saat ini mengharuskan guru tak bisa lagi memikirkan kehidupan hari ini, tetapi juga hari esok. Guru tak bisa lagi egois mengarahkan anak didiknya pada prestasi angka-angka semata, tetapi harus mampu mengembangkan nilai-nilai bagi kehidupan anak didiknya di masa depan," ujarnya.

Kita sadar, kata Paulina, bahwa pendidikan memegang peran penting dalam mewujudkan ESD dan mencapai millenium development goals (MDGs). Tak heran, jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 2005-20014 sebagai dekade bagi terwujudnya ESD.

Kiprah guru

Rachel Louise Carson, seorang biolog kelautan asal Amerika Serikat (AS), pada 1962 meluncurkan buku "Silent Spring", buku yang menghentak masyarakat dunia tentang konservasi dan masalah lingkungan akibat pestisida. Sejak itu, warga dunia pun seakan tersadar, bahwa tanpa kerjasama global untuk saling menjaga, dunia ini akan selekasnya menuju kehancuran. Carson berharap, pembangunan yang dilakukan saat itu haruslah berpedoman pada pembangunan yang berkelanjutan. 

Lalu, bagaimana dengan di Indonesia sendiri?

Awal 2010 ini, Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) telah menandatangani kesepakatan bersama untuk pendidikan lingkungan hidup. Ini menjadi satu bukti nyata, bahwa Indonesia pun mendukung terwujudnya ESD.

Dus, kini, kita tinggal menunggu saja kiprah para guru Indonesia yang hadir di dalam KGI 2010. Akankah mereka akan meniupkan angin perubahan untuk pendidikan pembangunan yang berkelanjutan yang kita cita-citakan bersama itu? Lebih penting lagi, kita tunggu saja, sejauh mana komitmen Kemendiknas dan KLH menjaga tujuan dari kesepakatan mereka untuk mewujudkan ESD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com