Ester Lince Napitupulu
Bak sebuah konser, sejumlah siswa SDN 01 Menteng, Jakarta Pusat, berkolaborasi dengan manis saat menyuguhkan lagu anak-anak ”Burung Kakaktua” di ruang audio visual. Berbeda dari biasanya, iringan instrumen dimainkan dari beragam simbol alat musik yang ditampilkan di layar komputer.
Alunan instrumen itu dimainkan secara bersamaan oleh sepuluh siswa pada satu layar komputer. Setiap anak memegang tetikus (mouse
Kolaborasi siswa untuk memainkan musik digital secara bersama-sama dalam satu layar komputer itu hanya salah satu cara memanfaatkan aplikasi MultiPoint Mouse Software Development Kid (SDK) yang dikembangkan Microsoft. Dengan aplikasi itu, kolaborasi melalui satu personal computer (PC) bisa melibatkan sampai 25 orang.
Ananta Gondomono, Academic Program Manager Partners in Learning Microsoft Indonesia menjelaskan, teknologi MultiPoint Mouse diarahkan bagi negara berkembang dengan lembaga pendidikan yang memiliki dana terbatas untuk pengadaan perangkat keras/komputer. Dengan memanfaatkan MultiPoint Mouse lebih banyak siswa dapat menggunakan komputer dalam proses belajar-mengajar walaupun jumlah perangkat keras yang tersedia hanya sedikit.
Sekolah dapat membeli tambahan perangkat yang kemudian disambungkan pada banyak tetikus. Microsoft juga menggandeng beberapa perusahaan perangkat lunak pendidikan dari beberapa negara, salah satunya Indonesia, untuk menyediakan materi belajar yang bisa diunduh secara gratis di http://microsoft.com/multipoint/mouse-sdk/.
Secara umum, teknologi MultiPoint Mouse itu bisa dibangun dari sistem Windows yang biasa dipakai sekolah-sekolah, seperti Windows 7, Windows Vista, dan Windows XP Service Pack 3. Untuk menghubungkan banyak tetikus pada komputer tidak masalah, sebab komputer sekarang punya banyak USB port.
Jadi menyenangkan
MultiPoint Mouse hanyalah salah satu contoh masuknya teknologi ke dalam kelas yang membuat proses belajar menjadi menyenangkan. Terkait dengan pemanfaatan teknologi di dalam ruang kelas, pendidik inginkan akses teknologi yang murah, aman, dan mudah dipakai. Teknologi itu sebagai alat untuk meningkatkan kualitas dan variasi penyampaian materi pelajaran dalam kurikulum.
Ketika telepon genggam semakin tak bisa dipisahkan dari kehidupan siswa, pendidik tidak boleh melihatnya sebagai gangguan. Kehadiran telepon genggam, menurut Marcus Specht, dari Universitas Terbuka Nederland, justru menjadi kunci baru untuk belajar secara pribadi. Karena itu, inovasi teknologi dan paradigma pendidikan harus berkembang sisi demi sisi. Penyedia pendidikan, penemu teknologi, dan ahli metode instruksional harus berkolaborasi untuk mengembangkan pembelajaran dengan teknologi.