Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru: Mendiknas Hanya Cari Popularitas!

Kompas.com - 01/06/2010, 15:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberitaan hasil ujian nasional (UN) ulang wilayah DI Yogyakarta oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh kemarin, Senin (31/5/2010), di media massa membuktikan, bahwa Mendiknas tidak mau berkoordinasi dengan pihak sekolah, bahkan kepada pejabat dinas pendidikan daerah. Pihak sekolah, yang sebetulnya paling bertanggung jawab mengumumkan, merasa tidak dianggap atau disepelekan oleh Mendiknas.

Kepala SMA Gadjah Mada Yogyakarta Petrus Lada Rigo mengungkapkan, seharusnya pengumuman baru dilakukan sekitar 11 hari lagi atau pada 12 Juni mendatang. Ternyata, Mendiknas sudah lebih dulu membuat pernyataan soal hasil UN DI Yogyakarta itu di koran-koran. 

"Tampaknya Mendiknas mau cari popularitas saja, yang bahkan tidak berkoordinasi dengan pejabat dinas pendidikan kabupaten/provinsi. Mereka juga kaget mendengar soal ini," ujar Rigo.

Menurutnya, banyak pejabat sekarang yang tidak mau berkoordinasi dengan baik dengan dinas-dinas di bawahnya. Hal itu berlaku bagi umumnya pejabat, termasuk di bidang pendidikan.

"Terus terang, kami merasa hanya sebagai alat mati saja buat pejabat sekarang ini. Guru sudah tidak ada harganya lagi," kata dia.

"Dari sini terlihat, guru dan sekolah adalah obyek pelampiasan. Kalau banyak yang lulus guru dibilang tak jujur, kalau banyak yang tidak lulus gurunya dianggap bodoh. Apa iya?" ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Mendiknas Mohammad Nuh di Jakarta, Senin (31/5/2010), mengatakan, setelah dilakukan UN ulangan siswa tak lulus terbanyak di Jawa tetap dari DI Yogyakarta, yakni 21,47 persen. UN ulang tingkat SMA/MA diikuti 150.410 peserta di seluruh Tanah Air. Adapun siswa yang tidak lulus sebanyak 11.814 siswa atau 7,85 persen dari jumlah peserta.

Selain itu, kata Mendiknas, ada 2.856 siswa yang juga tidak mengikuti UN ulangan dengan alasan atau tanpa alasan. Dengan demikian, secara keseluruhan, jumlah siswa SMA/MA yang tidak lulus UN ulangan sebanyak 14.670 siswa.

”Yang agak mencengangkan, ya, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Nanti kita tindak lanjuti, apa yang menjadi persoalannya? Apakah kualitas sekolahnya, kelengkapan sarana prasarana, atau faktor gurunya? Namun, sebagian besar siswa yang tidak lulus berasal dari sekolah swasta,” kata Nuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com