Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Susukan Mencoba Bangkit

Kompas.com - 03/06/2010, 13:32 WIB

Sleman, Kompas - Setelah mati suri selama lima tahun, kerajinan batik di Dusun Susukan, Margokaton, Seyegan, Sleman, mencoba bangkit dalam setahun terakhir. Mulai masuknya pesanan batik membuat para perajin cukup optimistis batik mereka bisa lebih berkembang lagi.

"Semoga ini awal yang baik. Jika pesanan terus masuk dan tambah banyak, mungkin kami akan membuat toko bersama di dusun," ujar Mahrus, salah satu pembatik di Susukan, Rabu (2/6).

Selain membatik, dalam proses panjang membuat batik, Mahrus bertugas mencelupkan dan mewarnai batik. Dengan 12 perajin, mereka menghasilkan 50 potong kain batik yang terdiri atas batik tulis, cap, dan kombinasi per minggu. Harga per potong kain dengan panjang 2-2,5 meter bervariasi, bergantung kualitas bahan, pewarnaan, dan tingkat kesulitan pembuatannya.

Harga per potong yang dijual para perajin yang tergabung dalam kelompok Batik Sri Sadono ini, termurah Rp 65.000 dan termahal Rp 1,5 juta. Yang paling murah adalah batik cap dengan bahan katun, sedangkan yang termahal batik tulis dengan bahan sutra.

Warna berani

Menyinggung kekhasan batik Susukan, Mahrus menyebut penggunaan warnanya yang lebih berani. Tak hanya satu warna, tapi minimal dua warna dalam satu potong kain. Warna juga dibuat menyala, cerah, sehingga menimbulkan kesan batik yang tidak kaku.

Nawawi, Ketua Kelompok Batik Sri Sadono, mengatakan, pihaknya terus mencoba melobi toko-toko agar bisa disetori batik produk mereka. "Kami yakin dengan kualitas batik produksi kami," ucapnya.

Di Susukan, batik merupakan kerajinan yang ditekuni leluhur kampung sejak puluhan tahun silam, bahkan sebelum era kemerdekaan. Seingat Mahrus, dari cerita sesepuh kampung, batik masuk ke Susukan karena ada kerabat keraton mengajari warga membatik.

Mencapai masa keemasan hingga tahun 1980-an, seperti batik-batik di Yogyakarta, batik Susukan lantas meredup. Krisis moneter tahun 1997 semakin membuat limbung para perajin. Setelah mencoba bertahan, tahun 2005 perajin menutup usaha karena terus merugi.

Setahun terakhir, ada gerakan menghidupkan batik Susukan seiring batik mulai menjadi tren. Perajin juga mendapat bantuan peralatan usaha dan instalasi pengolah limbah dari Pemkab Sleman lima bulan lalu. Kini setidaknya ada 40 warga yang bisa mendapat tambahan penghasilan dari batik Susukan. (PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com