Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peminat Batik Tulis Masih Terbatas

Kompas.com - 14/06/2010, 15:23 WIB

Cirebon, Kompas - Peminat batik tulis masih terbatas di kalangan tertentu, padahal batik tulislah yang diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya asli Indonesia. Sebagian konsumen memilih batik cap atau cetak karena harganya lebih terjangkau.

Tuti Nurhayati, pengelola Batik Ninik Ikhsan, di sentra batik Trusmi Kulon, Plered, Kabupaten Cirebon, Minggu (13/6), mengatakan, meskipun batik kini populer dan bisa dikenakan siapa pun, hanya sedikit yang membeli batik tulis.

Ia mencontohkan, dari sekitar 100 orang yang datang ke ruang pamernya pada musim liburan ini, sebagian besar memilih batik dengan harga lebih murah, seperti batik cap dan cetak. "Harganya memang relatif murah, mulai dari Rp 30.000 per lembar pun ada, tetapi bukan batik tulis. Asal motif dan warnanya cocok, mereka akan beli meski itu batik cetak atau cap," katanya.

Tuti menyebutkan, harga batik tulis bisa mencapai Rp 90.000 hingga jutaan rupiah per lembar. Dengan harga yang lebih tinggi dari batik cap, batik tulis hanya diminati kalangan tertentu.

Menurut Fitri, perajin batik lain di Trusmi Kulon, batik tulis mahal karena prosesnya tergolong rumit dan harus dilakukan manual. Pengerjaan selembar batik tulis butuh waktu setidaknya sepekan. Motif mega mendung yang mempunyai hingga tujuh gradasi warna, misalnya, tak bisa dikerjakan dalam waktu singkat karena harus dicelup berkali- kali.

Meski demikian, beberapa perajin batik bertahan menawarkan batik tulis. Salah seorang sesepuh pembatik di Cirebon, Katura, juga setia memproduksi batik tulis. Katura bahkan memasok batik ke pasar mancanegara karena karyanya diminati masyarakat Jepang. Sebanyak 90 persen batik yang ia produksi dipasarkan di luar negeri.

Sirli, pemilik Griya Batik Saidah, juga tetap memproduksi batik tulis meskipun peminatnya hanya kalangan tertentu. Menurut Sirli, orang-orang yang mengerti batik tetap mencari batik tulis meskipun harganya mahal. Sebab, bagi mereka, batik adalah seni. Namun, ia terus berharap batik tulis bisa lebih populer daripada batik cetak atau cap. Pasalnya, yang dimaksud dengan kain batik sebenarnya adalah batik tulis, bukan kain bermotif batik. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com