Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Braille dan Perpanjangan Waktu

Kompas.com - 17/06/2010, 10:36 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Hari pertama digelarnya seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) di Panitia Lokal Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/6/2010) kemarin, masih menyisakan kesedihan. Peserta tunanetra tak mendapati naskah soalnya dengan tulisan huruf braille. Mereka juga tak diberikan perpanjangan waktu.

Ninis Ledytia harus berjuang keras dalam SNMPTN 2010 ini. Peserta asal Taman Agung, Cluring, Banyuwangi, ini mengerjakan naskah ujian seperti peserta normal lainnya di Kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya. Bedanya, Ninis ditempatkan di ruang khusus dan didampingi pengawas dan pendamping.

"Saya kesulitan menjawab pertanyaan bergambar. Pengawas yang membacakannya," keluh Ninis di ruang 16, Rabu.

Didampingi saudaranya, Suwarti, Ninis yang berseragam abu-abu putih itu datang sekitar pukul 07.15 WIB. Petugas memandunya menuju ruang berukuran 2 x 4 meter di gedung A Fakultas Tarbiyah. Di situ Ninis dibantu Murtadho dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Setelah Murtadho membacakan soal, Ninis menjawab lisan. Suwarti yang memegangi pensil dan mengarsir jawaban di lembar kertas sesuai jawaban Ninis.

Murtadho, yang juga dosen di Pendidikan Luar Biasa (PLB), menyayangkan tidak adanya perlakuan khusus untuk peserta tunanetra. Hal itu termasuk dengan disamakannya alokasi waktu bagi peserta ujian lainnya saat Ninis mengerjakan soal SNMPTN hari pertama mata ujian Test Potensi Akademik (TPA).

Tes pengetahuan umum dan logika itu sebanyak 75 soal. Dari jumlah soal berupa multiple choice itu, 25 pertanyaan di antaranya berisi gambar. Dengan waktu yang sama dengan peserta normal, ada sekitar 45 soal yang harus dikerjakan.

"Gambar menyulitkan dia. Kalau tak ada gambar braille, ada baiknya waktu juga ditambah. Seperti pada ujian nasional ada kelonggaran waktu dan penambahan waktu. Saya yang pengajar PLB saja kesulitan," kata Murtadho.

Ninis menyatakan, soal ujian tidak terlalu sulit. Hanya, pertanyaannya terlalu panjang sehingga harus diulang membacanya. Selain mengikuti SNMPTN untuk jurusan SLB Unesa, anak pasangan Pujianto (40) dan Luciana (39) itu juga sebelumnya ikut jalur SPMB.

Selain Ninis, ada juga peserta tunarungu, yakni Zhulfi Bajra, yang mengikuti ujian di Unesa. Namun, Zhulfi mengaku tak terlalu kesulitan karena bisa membaca dengan lancar.

Koordinator Humas Panitia Lokal SNMPTN Surabaya Imam Santoso mengakui, pihaknya belum mengantisipasi adanya peserta tunanetra dan tunarungu. "Ini masukan untuk ujian tahun depan," katanya.

Soal waktu yang disamakan dengan peserta normal, menurut Imam, peserta tunanetra cenderung tidak terlalu banyak pesaing dan tidak memilih jurusan yang mutlak memerlukan indra penglihatan. Pantauan di beberapa tempat ujian SNMPTN menunjukkan adanya beberapa peserta ujian yang datang terlambat. Bahkan, ada yang tersesat dan masuk ke ruang yang salah.

"Tetapi jumlahnya tidak sampai sepuluh. Ini karena mereka tidak lebih dulu melihat ruang ujian sehari sebelumnya," kata Imam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com