Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adu Cerdas di Kompetisi Roket

Kompas.com - 06/07/2010, 05:23 WIB

Begitu hitungan mundur dari angka sepuluh usai, roket melesat cepat ke arah langit. Tak lama, keluar parasut merah berisi muatan dan parasut putih berisi motor roket. Muatan itu harus mendarat tepat sasaran, sedangkan motor roket langsung tercebur ke laut.

da 31 roket peserta kompetisi roket mahasiswa yang diluncurkan di Pantai Pandansimo, Bantul, DI Yogyakarta, 27 Juni lalu. Tak mudah mengarahkan muatan tepat sasaran. Ini adalah Kompetisi Roket Indonesia tingkat nasional atau Korindo 2010, yang diikuti peserta dari sejumlah kota di Indonesia.

Pada kompetisi tersebut, semua peserta gagal homing. Ini adalah sebutan kriteria bagi rancangan muatan yang bisa kembali persis di titik peluncuran semula setelah terlontar dari roket.

Meski tidak tepat saat kembali menuju sasaran titik peluncuran, kemenangan tetap diraih oleh tim PENSky 10 dari Politeknik Elektronik Negeri Surabaya. Roket tim inilah yang muatannya bisa kembali paling mendekati titik sasaran.

Juara kedua diraih tim dari Universitas Pelita Harapan Jakarta dan juara ketiga jatuh pada tim mahasiswa dari Unikom Bandung.

Tidak hanya peserta kompetisi roket yang antusias untuk mengetahui bagaimana nasib roket buatan mereka, tetapi kompetisi ini pun ternyata mampu menarik perhatian masyarakat. Buktinya, Pantai Pandansimo dipenuhi pengunjung. Mereka ingin melihat langsung bagaimana roket-roket itu melesat ke udara.

Perhitungan cermat

Menyiapkan roket dan muatannya memang tidak mudah. Supaya bisa mendarat tepat sasaran, misalnya, muatan harus dirancang khusus dengan perhitungan yang cermat. Muatan roket para peserta kompetisi itu berisi rangkaian elektronik dan sistem akuator.

Rangkaian itu berfungsi sebagai perangkat telemetri untuk meteorologi. Ada tiga jenis sensor yang dipakai para peserta, yakni temperatur, tekanan dan kelembaban, serta pemandu arah terbang.

Ketika membuka acara, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata mengatakan, kompetisi roket itu merupakan salah satu cara membangun kemandirian bangsa di bidang teknologi.

”Manfaat roket sudah jelas, yakni untuk bidang pertahanan dan keamanan. Kompetisi roket ini sekaligus sebagai upaya membangun budaya riset di kalangan mahasiswa,” katanya.

Berbeda dengan kompetisi pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kegiatan dihadiri tamu dan observer dari Asia-Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF) dari Jepang dan Malaysia.

Handoko dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), selaku pihak penyelenggara, mengatakan, kegiatan kompetisi tersebut sudah dilakukan dalam empat tahun berturut-turut. Dari empat kompetisi roket yang diselenggarakan, tiga di antaranya berlangsung di Bantul, tepatnya di Pantai Pandansimo juga.

”Kami ingin menghidupkan semangat teknologi roket, (terutama) pada kalangan mahasiswa. Mahasiswa-mahasiswa kita sebenarnya cerdas-cerdas. Sayang, kalau mereka tidak diberi ruang untuk mengekspresikan keahlian mereka itu,” ujarnya.

Menurut Handoko, pihaknya sengaja menggelar kompetisi roket tersebut di Bantul karena berdasarkan sejarahnya, pertama kali roket diluncurkan adalah di Bantul.

Sejarah peroketan dimulai pada tahun 1963. Ketika itu mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meluncurkan roket di Pantai Sanden, Bantul.

Kini, empat tahun telah berlalu, roh roket kembali dihidupkan. Masyarakat menanti ”aksi” para calon teknolog Indonesia untuk terus mengembangkan teknologi roket, khususnya yang mendatangkan manfaat bagi hajat hidup orang banyak. Ya, ilmu pengetahuan bagi kesejahteraan dan perdamaian.

(ENY PRIHTIYANI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com