Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, Rabu (7/7) di Jakarta Pusat, mengatakan, masalah kerusakan server sudah dapat diatasi dan pendaftaran secara online berlangsung normal. Jumlah pendaftar pada hari kedua ini mencapai 75 persen dari total jumlah pendaftar tahun lalu yang mencapai sekitar 80.000 orang.
”Pendaftaran hari ketiga, Kamis, akan ditutup pada pukul 12.00, bukan pukul 15.00 seperti pada hari pertama dan kedua. Pengumuman siswa yang diterima akan ditayangkan mulai pukul 16.00,” kata Taufik.
Pengulangan pendaftaran, kata Taufik, membuat jadwal masuk kelas X SMA dan SMK diundur dari 12 Juli menjadi 19 Juli. Namun, kelas XI dan XII tetap masuk pada 12 Juli.
”Proses belajar mengajar untuk kelas X akan disesuaikan agar materi pelajaran yang disampaikan tetap utuh sesuai kurikulum yang ada,” kata Taufik.
Anggie, calon siswa yang ditemui di SMAN 65 Kebon Jeruk, mengatakan, proses pendaftaran selama dua hari ini lancar. Semua proses yang terkait dengan komputerisasi berlangsung baik, tidak seperti pekan lalu.
”Saya dapat melihat posisi urutan calon siswa secara real time di internet. Proses pendaftaran minggu ini jauh lebih baik daripada sebelumnya,” katanya.
Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Andrinof Chaniago mengatakan, kerusakan server yang menyebabkan pengulangan pendaftaran harus diaudit instansi yang berwenang. Kerusakan itu diduga disebabkan niat para birokrat mengambil keuntungan ekonomi dari proyek bernilai miliaran rupiah ini.
”Pendaftaran secara online sudah berlangsung bertahun-tahun sehingga aneh jika ada kegagalan server karena kelebihan beban pengakses,” kata Andrinof.
Kepala Bidang Informasi dan Data Dinas Pendidikan DKI Budi Sulistyono mengatakan, kerusakan itu terjadi karena ada kesalahan teknis terkait fungsi sistem teknologi. Permasalahan muncul karena ada kesalahan pemasukan data yang sudah diunduh, tetapi tidak dapat diubah sehingga data siswa pendaftar tidak terlihat.
Dinas pendidikan juga berniat memiliki server sendiri untuk pendaftaran secara online sehingga tidak menggunakan server dari Telkom. Server itu bisa digunakan untuk pendaftaran calon siswa di tingkat SD dan SMP, tetapi gagal di tingkat SMA/SMK.
Menurut Budi, saat sistem berjalan lambat, dinas pendidikan memerintahkan untuk bekerja sama kembali dengan Telkom seperti tahun lalu. Migrasi data pendaftaran siswa sudah dilakukan sejak Minggu malam sehingga pendaftaran ulang dapat digelar pekan ini.
Anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan sistem online, pembuatan petunjuk teknis, sosialisasi, dan pendaftaran online tahun ini mencapai Rp 1,195 miliar.
Keluhan juga mewarnai pendaftaran siswa tingkat SMP negeri. Husni, warga Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, memprotes kelambanan pengurusan ijazah SD. Padahal ijazah dan nilai ujian nasional ini selalu ditanyakan pihak SMP kepada calon siswa yang mendaftar.
”Saya baru terima kemarin (Selasa, 6 Juli). Padahal, pendaftaran SMP negeri sudah ditutup tanggal 2 Juli. Saya mendaftarkan anak ke SMP tanpa memakai bukti otentik kelulusan,” tutur Husni.
Secara terpisah, Kepala Sekolah SDN Serua 02, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Mamat mengatakan, kelambanan proses pembuatan ijazah bukan kelalaian pihak sekolah, melainkan tanggung jawab Dinas Pendidikan Kota Depok.
”Hari ini sudah kami selesaikan pembuatan ijazah. Namun, masih ada siswa yang belum mengambil ijazah,” kata Mamat.
Chun Suryadi, guru SDN Serua 2, mengatakan, proses legalisasi ijazah baru berlangsung pada Selasa lalu, yang dilanjutkan dengan cap tiga jari siswa. Keterlambatan ini, kata Chun, membuat pihak sekolah menjadi sasaran amarah orangtua siswa.
”Terlambatnya pemberian ijazah tidak hanya terjadi kali ini, tahun lalu juga begitu,” kata Chun.
Keluhan yang sama juga disampaikan Kepala SDN Manggarai 15, Jakarta Selatan, Puji. Ia mengaku hal yang sama. Terlambatnya pemberian ijazah kepada siswa membuat guru, siswa, dan orangtua siswa repot.
Puji mengatakan, siswa SD yang akan mendaftarkan diri