Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timur Tengah Tetap Jadi Andalan

Kompas.com - 12/07/2010, 14:32 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Yaman merupakan pasar ekspor potensial bagi produk sepatu dari sentra produksi Cibaduyut, Kota Bandung, di samping beberapa negara Timur Tengah lainnya. "Sebagian besar ekspor sepatu Cibaduyut Bandung masih ke Yaman, disusul ke Abu Dhabi dan Arab Saudi," kata Tendy Junaedi, salah seorang pengurus dari komunitas produsen sepatu Cibaduyut, Kota Bandung di Bandung, Senin (12/7/2010).     Menurut Tendy, jumlah sepatu yang diekspor ke Yaman rata-rata mencapai tiga kontainer per tiga bulan. Ekspor dilakukan secara serentak bersama produk dari beberapa produsen sepatu di Cibaduyut. "Rata-rata setiap perajin bisa mengekspor sampai 7.000 pasang sepatu, umumnya mereka (importir) memesan untuk menggunakan merek dagang mereka sendiri," kata pria produsen sepatu bermerek "Varanty" itu.     Meski permintaan ekspor masih mengalir,  omzetnya masih jauh dibandingkan saat ekspor sepatu ke Timur Tengah masih jaya pada pertengahan 1990-an.     Namun demikian, sejumlah perajin sudah mulai beroperasi kembali memproduksi sepatu, meski masih ’maklun’ dari para pengusaha sepatu yang lebih besar.  "Sebagian besar memang ’maklun’, namun sudah terjalin menjadi sentra  produksi sepatu, jadi tidak memproduksi sendirian. Mereka mengerjakan secara berkelompok dan saling melengkapi," kata Tendy.      Ia mengakui, kawasan Timur Tengah merupakan pelanggan tradisional produk sepatu Cibaduyut. Permintaannya untuk nomor-nomor besar, yakni nomor 44 ke atas.  "Sebagian pesanan untuk produk sepatu laki-laki, namun sandal juga diminati di sana. Kadang kita pun bisa menjual dengan merek sendiri, namun kebanyakan menggunakan merek dagang mereka," katanya.     Selain itu, para perajin sepatu Cibaduyut juga meningkatkan dan memperkuat di dalam negeri dengan masuk ke pasar-pasar modern maupun penjualan ritel.     Namun hanya sebagian merek saja yang bisa masuk ke pasar ritel, sebagian perajin masih belum bisa menembus pasar modern. Untuk itu, mereka berharap pasar modern memfasilitasi penjualan produk mereka.  "Penjualan di pasar modern lumayan sudah banyak, meski belum seluruhnya masuk pasar ritel. Persaingan semakin ketat, terlebih maraknya produk sepatu China," katanya.      Di lain pihak, para perajin sepatu Cibaduyut masih kesulitan mendapatkan pasokan kulit untuk bahan sepatu, akibatnya harus mendatangkan dari luar Jabar. Bahkan untuk memproduksi sepatu jenis menengah ke atas diperlukan kulit dari luar negeri.      "Harga kulit lokal saat ini berkisar Rp 18.000 hingga Rp 14.000 per kaki, tergantung kualitasnya. Meski pasokan cukup lancar, harus didatangkan dari luar daerah. Kulit lokal Jabar saat ini belum mencukupi, dan dari sisi kualitas memang masih diperlukan kulit dari luar," kata pria pemilik Sugih Jaya Mukti itu menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com