Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Student Financing, Solusi Biaya Kuliah?

Kompas.com - 05/08/2010, 11:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI) sebenarnya pernah ada pada masa Orde Baru, yaitu saat anggaran pendidikan belum dialokasikan 20 persen dari APBN. Namun, saat reformasi justru dihentikan.

Kini, sejumlah yayasan dan lembaga nirlaba ada yang memberikan pinjaman lunak kepada mahasisawa. Hal seperti ini salah satunya dilakukan oleh Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui program Dana Siswa Bangsa.

Dihubungi Kompas.com di Jakarta, Kamis (5/8/2010), Direktur Siswa Bangsa, Stefanus Aryawan, mengatakan sebagai langkah awal, pinjaman lunak diberikan untuk mahasiswa yang kuliah di kampus di bawah naungan PSF, yaitu Sampoerna School of Educatin (SSE) dan Sampoerna School of Business (SSB).

"Selama ini PSF kan banyak bergerak pada pemberian beasiswa. Tapi, belakangan kita melihat dari segi funding kok habis begitu saja. Maksudnya, kalau kita punya uang 100 hanya untuk satu anak, ya, habis untuk satu anak saja, bantuan kita tidak bisa berkesinambungan dan lebih luas. Untuk itu kita mulai mencoba memberikan student financing ini," ujar Stefanus.

Dia menambahkan, student financing pada prinsipnya adalah sistem uang berputar. Dengan cara itulah akses yang terbuka lebih luas bagi kesinambungan pembiayaan mahasiswa tidak mampu.

"Mereka (mahasiswa) meminjam uang ini dan mengembalikannya untuk kemudian bisa digunakan lagi membiayai adik-adik atau generasi di bawahnya," kata Stefanus.

Di SSE dan SSB, lanjut dia, pinjaman dicairkan kepada para mahasiswa tiap semester. Tahun ini, program Dana Siswa Bangsa membiayai 75 mahasiswa di SSE dan 75 mahasiswa di SSB.

"Mereka akan mengembalikan dana kuliahnya itu setelah bekerja antara 11 sampai 14 tahun ke depan," kata Stefanus.

Diberitakan sebelumnya di Kompas.com, Kamis (5/8/2010), kredit atau pinjaman lunak untuk mahasiswa semakin mendesak diwujudkan pemerintah seiring dengan semakin tingginya biaya pendidikan tinggi. Pinjaman lunak itu untuk mencegah calon mahasiswa tak bisa kuliah seperti yang "nyaris" terjadi pada Ahmad Ainun Nadjib dan Hermawan Bagus. Kedunya, meskipun lolos pada SNMPTN, hampir tidak bisa melakukan daftar ulang karena keterbatasan biaya kuliah di Universitas Jember.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com