PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Sebanyak empat siswi SMAN 2 Kota Probolinggo, Jawa Timur, dipecat karena dinilai mencemarkan nama baik sekolah.
Mereka adalah Mega Ayu Karina, Rusdiana Islamiati, Devi Rizki, dan Anisah Nurul Hidayah yang semuanya duduk di kelas 11 IPS.
Disebutkan, Jumat (30/7/2010) lalu, Devi membuat status di akun Facebook-nya. Isinya, Devi mengeluhkan kejadian di sekolahnya yang hingga kini belum tertangani.
Seperti kejadian hilangnya beberapa helm milik siswa, jok motor yang disilet, bahkan sepatu yang ditaruh di musala juga dirusak (disilet).
Peristiwa itu sudah dilaporkan ke bagian kesiswaan. Namun, dalam statusnya, Devi menyebut tidak ada respons. Dari sanalah muncul komentar teman-teman Devi.
”Ya, Devi yang memulai. Akhirnya saya dan teman-teman lain menanggapinya,” aku Mega Ayu Karina, dibenarkan Roediana Islamiati.
Sementara, Arif Sulifan, seorang paman Mega Ayu, memperlihatkan komentar Mega di Facebook-nya dalam bentuk tulisan tangan di sebuah kertas yang kemudian diupload Jumat pekan lalu pukul 21.12 WIB. Isinya, "O, ia Mandar sing salah cepet matek." Artinya, justru yang salah itu yang cepat mati.
Komentar Mega berikutnya, menohok dinas pendidikan. "Cek pak wali kog scol saiki iku g bersi. Trs ap gunane ad guru piket, ada satpam, leg g ad tanggung jawabe. Jog wedi di tokno rek. Qt t gak salah, tenang wis. Masio anake jendral sing sugeh dewe, ojog belagu…..Cz sik ono sing lebih sugeh, percaya etz. Freedom to girl ok ????"
Di status itu, mereka berkomentar bebas dengan gaya bahasa anak remaja. Intinya mereka kecewa terhadap pihak sekolah. Kalimat panjang itu bahkan terkesan menantang.
Terjemahan bebasnya, "Cek pak wali kota, kok sekolah sekarang tidak bersih. Lantas, apa guna ada guru piket, ada satpam, jika tidak ada tanggung jawabnya. Jangan takut dikeluarkan dari sekolah, teman-teman. Kita tidak salah, tenang saja. Meskipun anaknya jenderal yang paling kaya, jangan belagu.. karena masih ada yang lebih kaya, percaya saja. Freedom to girl, Ok??"
Namun, mereka tidak berpikir, apa yang mereka curahkan akan berdampak pada diri mereka sendiri. Disebutkan, dalam percakapan itu ada beberapa ungkapan kasar. Seperti “sekolah tak brtanggung jawaB + keparatt !”
Status dan komentar mereka ternyata berbuntut panjang, bahkan pihak SMAN 2 naik pitam. Sehingga lembaga sekolah tersebut memecat keempat muridnya yang turut berkomentar dalam percakapan di Facebook tersebut.
Mohamad Zaini, wakil kepala sekolah bidang humas, membantah telah memberhentikan empat muridnya. Dalih begini, "Bukan memberhentikan, tapi sekolah mengembalikan mereka ke orangtuanya. Dalam hal ini, kami tidak diam, kok. Kami masih membantu mencarikan sekolah.”
Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo, Wawan Koeswandoro, berharap, seharusnya pihak SMAN 2 tidak terburu-buru memberhentikan murid yang dianggap salah.
”Sekolah itu, kan, sebuah lembaga pembinaan. Mestinya mereka dibina dulu. Jangan ujuk-ujuk mengambil sikap yang merugikan siswa dan wali murid,” kata Wawan. (st35)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.