Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan RI-Malaysia Tak Terganggu

Kompas.com - 30/08/2010, 09:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Hubungan Indonesia dengan Malaysia semakin memanas. Tapi, pemerintah memastikan, perseteruan di ranah politik yang mulai menjurus ke bidang keamanan itu tidak akan mengganggu hubungan dagang kedua negara bertetangga dekat ini.

Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan Edy Putra Irawady menyatakan, ketegangan hubungan politik Indonesia dan Malaysia pascapenangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tidak berdampak pada aktivitas ekspor impor Indonesia dan Malaysia. "Kepentingan bisnis biasanya beda," katanya.

Menurut Edy, selain bahan bakar minyak, ekspor andalan Indonesia ke Malaysia adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO). Soalnya, banyak pengusaha Malaysia yang memiliki perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Produk hulunya dikirim ke Malaysia untuk diolah. Lalu, produk jadinya sebagian diekspor kembali ke Indonesia.

Selain kedua komoditas tersebut, kita juga banyak mengekspor karet dan barang dari karet, mesin atau peralatan listrik, serta tembaga ke Malaysia.

Tahun 2007 dan 2005 lalu, neraca perdagangan Indonesia defisit terhadap Malaysia. Namun tahun 2009 kemarin, neraca perdagangan kita kembali mencetak surplus mencapai 1,12 miliar dollar AS. Dengan nilai ekspor sebanyak 6,81 miliar dollar AS, Malaysia merupakan negara tujuan ekspor terbesar keenam setelah Jepang, Amerika Serikat, China, Singapura, dan India.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan, pelaku usaha belum melihat secara ekonomi, hubungan Indonesia dan Malaysia terganggu. "Masalah ketegangan yang terjadi lebih banyak di bidang politik, pengusaha tidak merasa terlibat di dalam konflik," ujar dia.

Tapi, Sofyan bilang, jika konflik kedua negara kian memanas dan sampai menghambat aktivitas perekonomian, baik Indonesia maupun Malaysia akan sama-sama dirugikan.

Bedanya, Malaysia punya potensi kerugian yang lebih besar. Soalnya, mereka memiliki investasi yang cukup besar di sini, mulai dari sektor perkebunan, perbankan, sampai telekomunikasi.

Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak mengatakan, Indonesia dan Malaysia memiliki kepentingan yang saling membutuhkan. "Ada 2 juta warga Indonesia yang bekerja di Malaysia dan ada investasi besar oleh perusahaan-perusahaan Malaysia di Indonesia," katanya seperti dikutip The Star. (Astri Kharina, S.S. Kurniawan/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com