Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Jakarta, Selasa (31/8), mengatakan, pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sebenarnya sudah ada dalam kurikulum, tetapi selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tersurat.
”Kami mintakan kepada guru supaya nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran
Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah menekankan pada aspek kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin.
Menurut Fasli, sekolah bebas untuk memilih dan menerapkan nilai-nilai yang hendak dibangun dalam diri siswa. Bahkan,
Kementerian Pendidikan Nasional, menurut Fasli, telah mengumpulkan contoh-contoh pelaksanaan pendidikan karakter yang sudah berjalan di sekolah. Setidaknya ada 139 contoh praktis pendidikan karakter dari sejumlah lembaga pendidikan yang bisa juga diterapkan di sekolah lain.
Program-program di sekolah, seperti pramuka, kantin kejujuran, sekolah hijau, olimpiade sains dan seni, serta kesenian tradisional, telah sarat dengan pendidikan karakter.
Secara terpisah, E Baskoro Poedjinoegroho, pembina Kolese Kanisius, dalam diskusi Forum Pelita Pendidikan yang digagas Tanoto Foundation, mengatakan, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah jangan hanya bersifat instan karena pemerintah saat ini sedang gandrung dengan soal itu. Tantangannya justru bagaimana pendidikan di sekolah itu berjalan seimbang antara penguasaan pengetahuan dan pembentukan karakter siswa.
HAR Tilaar, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta, mengatakan, pendidikan harus diwujudkan untuk kepentingan anak-anak Indonesia dalam