Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sudah Dilepas Belum Colokannya?"

Kompas.com - 25/09/2010, 19:35 WIB

KOMPAS.com - "Sudah dilepas belum colokannya?" Ini sebuah contoh kecil tatkala kebiasaan hanya mematikan piranti elektronik sehabis pemakaian tanpa mencopot kabel dari sumber energi di sakelar. "Kalau 'colokan' (bagian alat elektronik yang tersambung dengan sakelar sumber energi-red) tidak dicopot, pemborosan energi masih terjadi," kata anggota Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Agus Supangat pada perbincangan pembukaan Ganesha Green Fest 2010 di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (24/9/2010).

Hal lain adalah kebiasaan mengecas telepon genggam. Usai layar telepon tersebut menunjukkan batere penuh terisi energi, banyak dari pengguna tak melepas pengecas dari sakelar. "Itu juga bikin pemborosan energi," tambah Agus.

Perbincangan mengenai hemat energi memang tak bisa lepas dari isu pemanasan global dewasa ini. Hal itu diamini oleh pembicaraan lain di samping Agus yakni Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati dan Rektor ITB Prof. Dr. Akhmaloka.

Pemanasan global atau bahasa kerennya global warming, bagi sementara kalangan memang terdengar membingungkan. Maksudnya apa ya?

Mari sedikit menyimak catatan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Panel itu mengatakan, yang disebut pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Bayangkan, terhitung sejak seratus tahun ke belakang, suhu rata-rata global di permukaan Bumi naik sekitar 0,18 derajat Celcius menjadi 1,33 derajat Celcius.

Ada kesimpulan dasar dari 30-an badan ilmiah dan akademik yang menduga sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Tentu amat mengerikan jika lambat laun, pemanasan global yang menjadi kenyataan itu makin meluas. Termasuk, di Indonesia.

Makanya, berangkat dari hasil-hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Perubahan Iklim di Denpasar, Bali pada 2007, banyak kalangan berupaya untuk menghambat kenyataan tersebut. Pokok utamanya adalah memulihkan kembali secara maksimal kepedulian pada lingkungan atau sikap ramah lingkungan. Lantaran warna alam acap dilambangkan dengan hijau, jadilah, warna ini pun diabadikan sebagai simbol. "Pada puncaknya adalah mewujudkan perilaku ramah lingkungan atau green attitude," begitu pesan Akhmaloka dalam bincang-bincang tersebut.

Langkah kecil

Masih ingat pastinya pepatah lama ini. Langkah besar dimulai dari langkah kecil. Sementara, langkah seribu dimulai dari langkah pertama.

Menarik kalau pada akhirnya makin banyak kalangan membumikan kepedulian dari langkah tersebut.  Menurut Sinta Kaniawati kemudian, pihaknya, Unilever Indonesia, pun melakukan hal sama  melalui Yayasan Unilever Indonesia (YUI). Awalnya pada 2001. YUI pada tahun itu melaksanakan  Green and Clean yang bertujuan mengajak masyarakat menjaga lingkungan melalui manajemen  sampah dan penghijauan. "Dimulai dari kegiatan sehari-hari di lingkungan terdekat," katanya.

Sampai dengan sekarang, faktanya, program ini sudah terlaksana di tujuh kota besar yakni Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Medan, Bandung, Makassar, dan Banjarmasin. Ada sepuluh rukun warga (RW) di Jakarta dan Surabaya yang sudah mendirikan koperasi bank sampah.

Kemudian, kini, sudah ada 92.000 kader lingkungan dan fasilitator di seluruh Indonesia meliputi Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Yogyakarta, dan Makassar.

Selanjutnya, dari Green and Clean, dibuat pula program turunan yakni Green School dan Green Office. Sasarannya adalah kawasan sekolah dan perkantoran. Mereka yang ada di kawasan dimaksud diajak aktif menjaga lingkungan lewat penghijauan, penghematan penggunaan sumber daya alam, dan pendaurulangan sampah.

Nyatanya, plastik menjadi masalah besar di kemudian hari lantaran menjadi bahan yang sulit diuraikan oleh alam. Sementara, mesti diakui, banyak perusahaan consumer goods masih sangat tergantung pada plastik sebagai kemasan produk.

Terkait dengan pertimbangan macam itu, Green and Clean ambil bagian dalam pemanfaatan limbah plastik. Nama programnya adalah Trashion atau kependekan dari trash fashion.

Sekarang, sudah ada 54 sentra usaha kecil menengah (UKM) Trashion meliputi Surabaya (10 sentra), Makassar (13), Yogyakarta (10), dan Jakarta (21). Anggotanya sudah berada di kisaran 550 orang. Pada 2010, Bandung dan Medan menjadi perluasan sentra UKM tersebut. Mayoritas yang berperan serta dalam program ini adalah para ibu rumah tangga.

Jika dihitung, jumlah sampah plastik yang diterima per bulan rata-rata mencapai satu ton. Kapasitas produksi total mencapai 23.000 item.

Agar produk-produk Trashion menjangkau lebih luas lapisan masyarakat, diselenggarakan promosi penjualan yang melibatkan pusat-pusat perbelanjaan besar. Pergelaran Trashion Bazar di beberapa lokasi di kota-kota besar Indonesia dijadikan program kreativitas membuat bahan-bahan plastik untuk busana dan aksesori.

Pada 2010 alias tahun ini, terang Sinta melanjutkan, YUI bertepatan dengan hari jadinya yang ke-10 mengembangkan program ke bidang perekonomian. Ada tujuh kabupaten di Jawa yang menjadi bagian dari Pembinaan dan Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam. Sekitar 93.000 orang menjadi penerima bantuan.

Tak cuma itu, fokus program juga menyasar pada pemberdayaan perempuan pascapanen. Mereka diberi kesempatan untuk menghasilkan pendapatan berikut membekali dengan berbagai keterampilan termasuk nutrisi dan pengetahuan, kewirausahaan, dan pengembangan diri.

Yang juga masuk sebagai program terbilang baru adalah Edukasi Kesehatan Masyarakat. Titik perhatian awalnya ada di kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Madiun, dan Yogyakarta. Di Kota Buaya, program ini bertajuk peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan serta kebutuhan nutrisi yang merambah ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lalu, perluasan peningkatan pengetahuan mengenai penyalahgunaan narkoba dan AIDS di kalangan remaja Sidoarjo, Pasuruan, dan Madiun.

Sementara di Yogyakarta, sembari menggandeng Program Pangan Dunia (WFP), YUI melakukan program peningkatan pengetahuan nutrisi. Perluasan program ini mencakup pula pembinaan untuk diversifikasi pangan serta pembinaan Pasar Sehat di Kota Gudeg tersebut.

Wiraswata

Kembali pada kegiatan di Bandung, Sinta Kaniawati mengatakan peningkatan kepedulian pada lingkungan secara khusus merupakan upaya meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap pemanasan global itu sendiri. "Ganesha Green Fest 2010 merupakan langkah awal untuk awareness dahulu," tuturnya.

Sinta lebih lanjut mengatakan, program ini akan berlanjut terus, dikaitkan dengan berbagai agenda kegiatan internal ITB. Menurutnya, pada Pasar Seni ITB beberapa waktu mendatang, pemahaman ramah lingkungan dilanjutkan dengan berbagai ajang kreativitas mengelola limbah.

Satu hal penting yang menurut Sinta patut pula disertakan adalah kesediaan mahasiswa untuk menjadi pelopor. Terlebih, pelopor bagi terciptanya lapangan kerja yang terkait dengan perilaku ramah lingkungan tersebut. Pasalnya, merunut dari berbagai perjalanan program YUI di atas, keterlibatan mahasiswa masih berada dalam hitungan jumlah jari. Itu berarti, mulai dari sekarang, tetap terbuka kesempatan bagi mahasiswa menunjukkan dirinya sebagai wiraswasta-wiraswasta yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di sekelilingnya.

Ganesha Green Fest 2010 diselenggarakan mulai Jumat (24/9/2010) sampai dengan Jumat (1/10/2010) di Kampus ITB. Beberapa acara dalam pergelaran yang sudah digelar sejak pembukaan adalah perbincangan pemanasan global dengan materi dari  buku Hidup Hirau Hijau. Selanjutnya, pameran di Boulevard dan Lapangan Cinta Kampus ITB yang  menampilkan tips-tips sederhana mengurangi dampak pemanasan global.

Kemudian, perhelatan berikutnya yang juga berhasil dilaksanakan adalah sharing dan training pemanasan global pada Sabtu (25/9/2010). Pada acara yang  melibatkan sekitar 300 peserta di Galeri Utama 1 dan 2 Campus Center Timur ini hadir sebagai pembicara adalah tim dari The Climate Project Indonesia (TCPI).

Acara berikutnya adalah roadshow mulai Senin (27/9/2010) sampai dengan Jumat (1/10/2010) yang melibatkan alumni ITB angkatan 1990 serta para anggota TCPI. Acara ini masih merupakan rangkaian Kampanye Pemanasan Global yang melibatkan Himpunan Mahasiswa ITB. Dalam hal ini, Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) bekerja sama dengan berbagai himpunan mahasiswa untuk kampanye di setiap program studi ITB.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com