Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siang ini, UI Kukuhkan Dua Guru Besar

Kompas.com - 13/10/2010, 11:41 WIB

DEPOK, KOMPAS.com - Universitas Indonesia (UI) akan mengukuhkan dua guru besarnya, yaitu Prof Drh Wiku Bakti Bawono Adisasmito sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Prof Dr Yahdiana Harahap sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Pengukuhan dilaksanakan Rektor UI Prof Gumilar R Somantri di Balaisidang UI, Depok, Selasa (13/10/2010) siang ini.

Pada upacara pengukuhannya, Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito akan menyampaikan orasi ilmiahnya bertajuk “Formulasi Kebijakan Kesehatan: Strategi Menghadapi The Disease of Tommorow melalui Pendekatan Systematic Review dan Asta Gatra". Ia mengungkapkan, the Disease of Tomorrow, adalah penyakit infeksi yang sewaktu-waktu dapat muncul secara cepat dan dapat mengakibatkan korban dan kerugian ekonomi yang besar di masyarakat.

Untuk menghindari terjadinya The Disease of Tomorrow, lanjut Bakti, diperlukan sebuah pendekatan solusi yang menggabungkan antara surveillance, manajemen wabah, serta systematic review terhadap hasil penelitian terkait dan analisis asta gatra. Sementara systematic review dapat dilakukan dengan mereview faktor risiko The Disease of Tomorrow dari hasil berbagai penelitian multidisiplin di dunia.

Kemudian, kata dia, hasil systematic review digabungkan dengan data kesehatan yang dimiliki dan dilakukan simulasi wabah. Simulasi ini perlu digabungkan dengan pertimbangan lingkungan strategis asta gatra dalam memformulasi kebijakan kesehatan merepson ancaman penyakit tersebut. Pertimbangan asta gatra penting mengingat kebhinekaan Indonesia baik dalam sosial budaya dan hayati.

Sementara itu, Prof Yahdiana Harahap akan menyampaikan orasi ilmiahnya mengenai ”Peran Bioanalisis dalam Penjaminan Kualitas Obat dan Peningkatan Kualitas Hidup Pasien”. Dia mengatakan, bioanalisis berperan sangat penting dalam uji bioekivalensi pada penjaminan mutu obat generik.

"Karena saat ini belum ada metode analisis standar baku di dalam farmakope atau compendial yang bisa langsung digunakan untuk menganalisis senyawa obat atau analit atau metabolitnya dalam matriks biologi," ujar Yahdiana.

Tantangan utama pelaksanaan uji bioekivalensi, kata dia, adalah mengembangkan metode bioanalisis yang tepat. Dikarenakan kadar obat di dalam matriks biologi sangat kecil, sehingga dibutuhkan teknis pengukuran bioanalisis yang sangat sensitif, selektif agar dapat mengukur kadar obat terkecil dalam matriks biologi secara akurat dan reliabel.

Dia menagatakan, pelaksanaan bioanalisis di laboratorium harus menerapkan prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice = GLP) untuk menghindari kekeliruan atau kesalahan yang mungkin timbul, sehingga menghasilkan data yang tepat, akurat, baik secara ilmiah maupun secara hukum. Idealnya suatu studi bioekivalensi dilakukan oleh suatu laboratorium yang sudah terakreditasi ISO/IEC 17025 untuk bidang pengujian dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa data yang dihasilkan akurat dan dapat dipercaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com