Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Rumah Mulai Jadi Pilihan

Kompas.com - 16/10/2010, 15:55 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Sebagian orangtua di Yogyakarta memilih mendidik anak mereka di sekolah rumah atau homeschooling. Sekolah rumah ini menjadi wujud ketidakpuasan para orangtua terhadap sistem kurikulum yang diterapkan di pendidikan formal. Hingga kini, pemerintah melalui dinas pendidikan di tiap kabupaten/kota belum mendata jumlah siswa di sekolah rumah.

Orangtua siswa, Tonggo Anthon, mengaku lebih nyaman mendidik sendiri anaknya, Pascalis Muritegar Embu Worho, yang seharusnya kini duduk di bangku kelas V sekolah dasar. Meskipun hanya belajar di rumah, Pascalis ternyata tetap mampu berprestasi. Baru-baru ini, ia meraih juara pertama penulisan esai setelah sebelumnya menjadi juara favorit pembuatan komik.

Menurut Anton, kurikulum sekolah formal terlalu padat, kaku, dan seragam. Ruang kreativitas bagi siswa juga tertutup karena pembelajaran hanya disesuaikan selera pemerintah. "Saya lebih suka belajar di rumah karena bisa bebas dan tidak stres," kata Pascalis yang sebelumnya pernah muntah-muntah ketika belajar di sekolah formal, Jumat (15/10).

Ke depan, Anton berharap pemerintah bisa lebih memerhatikan pelaku sekolah rumah dengan pemberian ijazah pendidikan dasar atau pendidikan menengah. Sejauh ini, ijazah pelaku sekolah rumah masih sama dengan siswa pendidikan kesetaraan seperti Paket A, Paket B, atau Paket C.

Anton mengatakan, hingga kini pemerintah cenderung mengabaikan eksistensi pelaku sekolah rumah. Padahal, kurikulum sekolah rumah dinilai lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan siswa. Anak akhirnya bisa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi bakat di luar kemampuan akademis.

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Sugeng Mulyo Subono mengakui, hingga kini pihaknya belum memiliki data tentang jumlah siswa di sekolah rumah. Peraturan terkait pelaku sekolah rumah dari pemerintah pun cenderung belum jelas. "Undang- undang memberi ruang bagi pendidikan sekolah rumah sebagai wujud pendidikan nonformal," ujar Sugeng.

Kendala yang dihadapi anak-anak di sekolah rumah, menurut Anton, lebih karena sulitnya memenuhi kebutuhan anak membangun komunitasnya sendiri. Padahal, sebagai individu, mereka tetap membutuhkan orang lain terutama dalam pembelajaran tentang kehidupan. (WKM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com