Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim Penelitian Pangan

Kompas.com - 21/10/2010, 15:00 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Minimnya penelitian mengenai produk pangan yang bermanfaat bagi kesehatan di Indonesia membuat makin banyaknya produk impor yang masuk. Oleh karena itu, ilmuwan-ilmuwan baru diharapkan dapat bermunculan agar Indonesia mampu membuat produk pangan sendiri.

Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata, Ita Sulistyawati, di sela-sela Konferensi Mahasiswa Nasional ke-10 dengan tema "Food Globalization : New Technology in an Era of Change" di Kampus Unika Soegijapranata Semarang, Rabu (20/10).

Dalam seminar ini juga digelar kompetisi artikel ilmiah yang diikuti 72 peserta dari berbagai perguruan tinggi, seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Pelita Harapan, Swiss-German University Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan Unika Soegijapranata.

Menurut Ita, produk pangan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan atau nutraceutical merupakan produk yang sedang diminati masyarakat Indonesia. Sayangnya, sebagian besar produk itu diimpor dari luar negeri.

"Seperti produk vitamin C yang diimpor dari India atau produk nutraceutical lainnya. Padahal, kita memiliki sumber daya alamnya, tetapi teknologi ekstraksinya yang belum berkembang," ujar Ita.

Makin peduli

Besarnya minat konsumen terhadap nutraceutical menunjukkan makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya manfaat dalam produk pangan. "Mereka sekarang lebih peduli terhadap produk yang fungsional, jadi tidak hanya sekadar dikonsumsi dan rasanya enak," kata Ita.

Raymond Tjandrawinata, peneliti nutraceutical yang juga Director of Scientific Affair and Business Development PT Dexa Media Indonesia mengatakan, produk nutraceutical biasanya merupakan makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi masyarakat, tetapi juga dapat berfungsi menjadi penyembuh. "Seperti teh hijau yang dapat menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular hingga 11 persen," ucap Raymond.

Selain Raymond, pengajar di Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Unika Soegijapranata, Sumardi, dan ahli dari PT Tetrapack, David Cheng, juga tampil membawa materi.

Artikel-artikel mahasiswa yang diikutsertakan dalam konferensi ini juga kebanyakan tentang produk nutraceutical, seperti makanan ringan dalam bentuk mi yang menggunakan pewarna alami dari sayuran dan chocoberry. (ILO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com