Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengubah Huruf Latin Menjadi Braille

Kompas.com - 22/10/2010, 11:50 WIB

Oleh: Nawa Tunggal

KOMPAS.com - MLM for The Blind dirancang bagi penyandang tunanetra oleh para peneliti Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Alatnya ringan dijinjing dengan kemampuan sulih huruf Latin ke huruf braille dengan keistimewaan sumber referensinya bisa ribuan judul buku dari e-book.

MLM singkatan dari my learning module. MLM for The Blind adalah mesin atau alat baca bagi para penyandang kebutuhan khusus mata kurang awas. Mesin berbobot tidak lebih dari 3 kilogram itu hasil pengembangan teknologi informatika sebelumnya.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara Sablin Yusuf, Kamis (14/10/2010), mengatakan, ”Pada tahun 2004 telah diciptakan peranti lunak komputer untuk pencetakan dengan huruf braille.”

Menurut Sablin, saat itu para perisetnya bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra. Yayasan itu memiliki printer khusus dengan huruf braille. Mesin pencetak braille tergolong langka di pasaran. Waktu itu teknologinya tidak dilengkapi dengan software (peranti lunak) yang mudah diaplikasikan.

”Kami berhasil mengembangkan peranti lunak untuk pencetakan braille dengan mesin cetak tersebut,” kata Sablin.

Pencetakan teks braille memakan tempat. Dari satu halaman artikel dengan huruf Latin, jika disulih dengan huruf braille akan memakan kertas dengan ukuran yang sama minimal tiga halaman.

Kertas untuk teks braille juga harus relatif lebih tebal. Ini supaya bolong-bolong kertasnya (sesuai karakter braille) mudah diraba ketika dibaca serta lebih awet.

Teks braille memang menjadikan boros kertas. Pemikiran ini mendasari pengembangan MLM for The Blind. Pada 2008 mulailah dikembangkan rekayasa MLM for The Blind ini dan diselesaikan pada 2009.

Pada tahun yang sama, MLM for The Blind sempat diikutkan ke dalam kompetisi Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) dan menjadi juara ketiga. Berikutnya, pada tahun yang sama diikutkan pada kompetisi yang berskala lebih tinggi, yaitu Asia Pasific Information and Communication Technology Alliance Award (APICTA) di Melbourne, Australia, dan mampu menyabet juara kedua.

”Sekarang pemerintah memberi hibah Rp 19.750.000 untuk mengurus paten teknologi ini,” kata Ketua Jurusan Sistem Komputer pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara Wiedjaja Atmadja.

Wiedjaja mengatakan, MLM for The Blind harus dimanfaatkan perpustakaan-perpustakaan besar. Museum-museum tentu pula membutuhkan teknologi ini untuk meningkatkan akses layanan informasi bagi para tunanetra.

Lebih kentara

Membandingkan antara teks braille pada kertas dan huruf braille pada MLM for The Blind jelas berbeda. Pada MLM for The Blind jauh lebih kentara. Titik-titik simpul membentuk huruf braille pada MLM for The Blind menyembul pada panelnya.

Sembulan titik-titiknya kuat menonjol sehingga mudah teraba. Panel khusus itu disebut braille display yang tersusun dari sel-sel braille dan idealnya berisi 40 sel huruf braille dalam satu deret. Namun, dengan 20 sel braille juga sudah mencukupi.

Koordinator Laboratorium Hardware Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara Rico Wijaya menjelaskan, MLM for The Blind menggunakan sumber listrik baterai 6 kali 1,5 Volt. Tenaga listrik ini untuk menjalankan controller saat membaca data e-book (buku virtual atau buku digital). Data e-book disimpan ke dalam kartu memori tipe MMC atau SD dengan daya tampung maksimal 2 gigabit.

”Memori 2 megabit bisa menampung lebih dari 1.000 judul buku digital,” kata Wiedjaja. Controller menjadi komputer mikro bagi MLM for The Blind.

Controller memiliki cip yang menyimpan mekanisme kerja komputer berukuran mini. Sebelum cip itu ditanam, dimasukkan terlebih dahulu peranti lunak penyulih huruf Latin menjadi huruf braille dengan salah satu bahasa pemrograman komputer, yaitu Bahasa C.

Bahasa C, menurut Wiedjaja, tergolong paling populer. Dengan bahasa komputer ini disusun sistem perintah pengubahan huruf Latin menjadi huruf braille. Tingkat terendah Rico mengatakan, penggunaan huruf braille memiliki tingkatan. Setidaknya, dibagi menjadi tingkatan terendah (0), sedang (1), dan paling atas (2).

”Rancangan MLM for The Blind saat ini masih pada tingkatan terendah atau nol,” kata Rico.

Tingkat terendah itu dengan kemampuan mengeja kata dengan satu per satu huruf. Satu kata dengan empat huruf, misalnya, akan dieja menjadi empat huruf braille. Pada tingkatan berikutnya, penyulihan kata dengan suatu singkatan atau simbol tertentu.

Satu kata dengan empat huruf, misalnya, dapat dinyatakan hanya dengan satu atau dua huruf braille saja. Seperti ketika orang menuliskan kata ”yang”, bisa cukup ditulis dengan ”yg”. Pada tingkatan berikutnya, memungkinkan kata-kata kunci dapat disulih ke dalam huruf braille lebih singkat.

”Pengembangan itu membantu untuk membaca cepat dengan huruf braille,” kata Rico.

Rico mengatakan, pembuatan MLM for The Blind skala laboratorium sekarang ini masih relatif mahal. Harga paling mahal pada komponen sel braille. Menurut Rico, satu sel braille mencapai Rp 700.000. Padahal, untuk satu perangkat MLM for The Blind dibutuhkan antara 20 dan 40 sel braille. Komponen lain berupa sistem controller dan kartu memori.

Hitungan biaya untuk membuat satu MLM for The Blind antara Rp 25 juta dan Rp 30 juta. Menurut Wiedjaja, jika diproduksi secara massal, seharusnya jauh lebih murah. Pemerintah pun sudah mendorong melalui pemberian insentif untuk pengurusan paten sehingga diharapkan industri mau meliriknya.

”Sekarang baru diajukan perolehan patennya. Diambil tipe hak paten sederhana karena temuan teknologi ini merupakan perakitan komponen-komponen yang telah ada di pasaran,” kata Wiedjaja.

Sumbangan karya para peneliti di Universitas Bina Nusantara ini memiliki kontribusi besar bagi para penyandang tunanetra. Inovasi teknologi yang jelas-jelas dibutuhkan ini menjadi ujian baru bagi industri untuk berani memproduksinya secara massal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com