KOMPAS.com - Tiga tahun terakhir ini, Grup Santika makin agresif membangun Hotel Amaris, budget hotel, maupun Hotel Santika di sejumlah kota di Indonesia.
Lilik Oetama, Executive Director Santika Indonesia Hotels and Resorts yang juga Vice Chief Executive Officer (CEO) Kompas Gramedia dalam percakapan dengan Kompas.com di ruang kerjanya, Senin (25/10/10) sore mengatakan, idealnya setiap tahun minimal ada 10 hotel yang dibangun dan dioperasikan Grup Santika.
Dan yang menarik, Grup Santika membuat terobosan dalam industri perhotelan ketika membangun budget hotel dengan nama Amaris. Hotel Amaris di Panglima Polim, Jakarta Selatan, yang dioperasikan tahun 2007, mencatat sukses luar biasa.
Sejak itu, Grup Santika membangun dan mengoperasikan Amaris di banyak tempat di berbagai kota di Indonesia, baik membangun sendiri maupun bekerja sama dengan investor.
Uniknya, Santika membuat terobosan baru dengan membangun hotel di lahan parkir gedung maupun di atas toko buku. Sampai saat ini per Oktober, Grup Santika memiliki 30 hotel, dan dua lagi akan dibuka November dan Desember tahun ini, sehingga seluruhnya 32 hotel. Dari jumlah itu, 12 di antaranya milik Santika sendiri.
Santika memulai bisnis perhotelan ketika pada tahun 1981 membeli Soeti Bandung dan membangun kembali dengan nama Santika. Setelah itu membeli Hotel Mutiara di Semarang dan membeli Sunset Bali menjadi Santika Bali Beach Hotel.
Setelah hotel-hotel lama dibeli dan direnovasi menjadi Hotel Santika, lalu dibuatlah manajemen hotel yang bergerak dalam pengelolaan hotel. Sumber daya manusia Santika diambil dari orang-orang Indonesia yang bekerja di hotel jaringan internasional.
“Sampai kini, Santika hanya punya tiga orang asing, dua di The Samaya, dan satu di The Kayana. Selebihnya semuanya orang Indonesia. Kita ingin menunjukkan bahwa orang Indonesia juga bisa dan mempu mengelola hotel,” kata Lilik Oetama. Lilik Oetama memulai kariernya di dunia perhotelan pada tahun 1994, sebagai assistant business development manager. “Ukuran kantor saya di Melawai waktu itu 2 m x 2 m,” cerita Lilik.
Setelah itu, Lilik menjabat Assistant Executive Director Santika Indonesia Hotels and Resorts. Setelah Binawarman pensiun tahun 2006, Lilik menjadi orang pertama di Santika. Dan sejak itu pulalah, Santika makin berkembang dan kian agresif.
Tiga tahun terakhir ini, Santika sangat agresif. “Saya mulai dari bawah. Saya bersyukur mengalami dari bawah karena bisa belajar banyak,” kata Lilik.
Berikut ini wawancara Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Executive Director Santika Indonesia Hotels and Resorts, Lilik Oetama. Didampingi Corporate Secretary Santika Indonesia Hotels and Resorts Johanes Widjaja dan Director of Hotel and Resorts Development Rudy Setiawan.
Beberapa tahun belakangan ini, Grup Santika makin agresif membangun dan mengoperasikan budget hotel, Amaris. Pertimbangan apa yang menyebabkan Santika bermain di segmen hotel bintang dua ini?
Kita lihat peluang pasar. Di negara-negara maju, budget hotel sudah banyak. Tapi di Indonesia, budget hotel identik dengan hotel bintang dua, yang kesannya lebih banyak negatif. Tapi orang tak punya pilihan.
Tiga tahun yang lalu, Santika mengoperasikan Amaris Panglima Polim di Jakarta Selatan. Konsepnya berbeda dengan Hotel Santika. Amaris lebih simpel.
Setelah melalui brainstorming dengan teman-teman, akhirnya kami luncurkan Amaris pertama di Panglima Polim. Ini proyek pertama, yang ternyata sukses. Amaris pada umumnya tak punya kolam renang, kecuali ada dua Amaris yang memiliki fasilitas itu, yaitu di Bali dan Bandung.
Sebagai budget hotel, Amaris tidak menyediakan kulkas minibar di dalam kamar. Luasnya pun hanya 14 meter persegi, setengah dari luas kamar standar Santika 28 m2.
Adanya budget airline, pesawat dengan tarif murah ikut mempengaruhi meningkatnya jumlah orang yang melakukan perjalanan. Dan ini berimbas pada kebutuhan akomodasi. Hal lain yang unik dari Amaris adalah lahan yang dibutuhkan tidak luas.
Budget hotel idealnya butuh 1.000 m2. Namun Amaris Panglima Polim dibangun di lahan seluas 600 m2. Amaris di Jl KH Mas Mansyur Jakarta malah hanya 450 m2 dan di kawasan Casablanca dibangun di lahan seluas 580 m2.
Yang penting lokasinya strategis. Di daerah pusat kota, harga tanah relatif mahal, namun jika lahannya tidak terlalu luas, kami masih bisa membelinya. Berapa lama pengembalian investasi Amaris? Dilihat dari return of investment Amaris selama ini, waktu yang dibutuhkan antara 4 tahun dan 6 tahun. Kalau Santika, butuh 8 tahun sampai 11 tahun. Jadi Amaris lebih cepat.
Bagaimana Anda melihat persaingan dalam budget hotel di Indonesia saat ini? Selain Santika yang gencar membangun Amaris, juga ada Aston dengan favehotel, Intiland dengan Whiz, dan Tauzia dengan PopHarris. Kami tidak terlalu khawatir dengan persaingan di kelas budget hotel karena pangsa pasarnya luas. Ibaratnya, city car lebih ekonomis dan lebih laris daripada mobil mewah.
Santika akan tetap membangun dan mengoperasikan banyak Amaris. Tamu kami sebagian besar business traveler. Umumnya mereka yang menginap di hotel, bahkan hotel bintang lima, tak sempat menikmati kolam renang atau pun fitness center.
Jadi yang paling dibutuhkan adalah kamar yang nyaman dan bisa tidur nyenyak. Grup Santika selalu menggunakan produk King Koil yang berkualitas. Apa yang tamu rasakan, tamu dengarkan, harus baik. Di Amaris Panglima Polim misalnya, kami membuat jendela kedap suara sehingga suara berisik dari jalan raya tidak terdengar. Selain itu air panas dan air dingin tersedia. Airnya harus kencang.
Di Amaris, tamu mendapatkan makan pagi dengan ala buffet. Ada nasi goreng, bakmi goreng, sosis, bubur ayam, roti. Bedanya dengan hotel bintang empat atau lima, omeletnya bisa diisi dengan macam-macam. Di Amaris tentu tidak selengkap itu. Tapi tamu bisa makan pagi dengan buffet, gratis.
Dalam lima tahun ke depan, berapa Amaris lagi yang akan dibangun dan dioperasikan Santika? Dalam lima tahun ke depan, saya bercita-cita menambah lebih dari 50 hotel Amaris lagi. Terutama di kota-kota kabupaten dan kota tingkat dua.
Salah satu alasan Santika agresif membangun Amaris adalah otonomi daerah. Saat ini banyak investasi ditanamkan di daerah-daerah di luar Jakarta. Industri kelapa sawit, pertambangan, pariwisata di daerah yang booming, berdampak pada kebutuhan akomodasi. Sampai akhir tahun 2010 ini, Amaris di mana lagi yang akan dibuka? Pada 11 November 2010, Amaris ke-11 akan dibuka di Jalan Pemuda di Semarang. Ini merupakan kali pertama, hotel digabung dengan bangunan toko buku. Jadi di lantai bawah adalah toko buku Gramedia, di lantai atas dibangun Amaris.
Konsep ini jika berhasil, akan kami terapkan di Tegal, Pekalongan, dan Banyuwangi. Juga di Kendari, Kutai, dan Samarinda. Jadi banyak sekali peluangnya.
Lalu pada bulan Desember 2010, Amaris dibuka di Mangga Dua Square dengan 180 kamar. Ini pun akan menjadi proyek percontohan karena Amaris dibangun di lantai enam lahan peparkiran Mangga Dua Square yang memang luas dan tidak semua terpakai. Tahun 2011, berapa Amaris yang akan dibuka? Kami merencanakan ada sebelas Amaris Hotel yang akan dibuka. Mulai dari Amaris di Legian Bali, Bogor (Jalan Pajajaran), Surabaya (Jalan Embong).
Lalu beberapa Amaris dibangun di Jakarta yaitu di Jl Kramat Raya, di Jalan Mangga Besar, Jalan Kapten Tendean, Jalan Casablanca di depan Manhattan Hotel dan dibangun di lahan bekas rumah seluas 500 m2, lalu di Jl KH Mas Mansyur depan Plaza Cristal, di Jatinegara.
Kami juga membangun Amaris di Bekasi (Jalan Ahmad Yani, dekat Megamal Bekasi) dan di Tang City, Kota Tangerang.
Sementara Hotel Santika yang akan dibuka pada tahun 2011 ada lima, yaitu di Surabaya (Jalan Jemursari), Surabaya (Gubeng), Tasikmalaya dan Bengkulu. Serta Ambarukmo Jogja, hotel bintang empat plus dengan status managed by Santika.
Dan rencana pada tahun 2012, berapa Amaris dan Santika yang akan dibangun dan dioperasikan? Pada tahun 2012, ada 13 Amaris Hotel yang akan dibangun dan sudah dikonfirmasi. Di antaranya di Jakarta, Cikarang, Solo, Padang, Banjarmasin, Surabaya, Bali, termasuk di Singapura.
Sementara ada tujuh Santika yang akan dibangun pada tahun 2012, antara lain di Medan, Palu, Mataram, Nusa Dua Bali, Solo, TMII Jakarta.
Santika juga bermain di kelas high-end, dengan The Samaya dan The Kayana di Bali. Dan belum lama ini The Samaya memperoleh penghargaan sebagai tempat paling romantis di dunia. Pelayanan seperti apa yang diberikan kepada tamu? The Samaya adalah hotel butik. Dan GM hotel ini benar-benar punya passion, benar-benar peduli pada tamu-tamunya. Soal pelayanan, tentu sama dengan hotel sekelasnya.
Namun yang berbeda adalah sang GM ini selalu datang lebih awal pada pagi hari, menyapa tamu-tamunya saat makan pagi. Dan ketika tamu-tamu sudah pulang ke negara masing-masing, GM The Samaya mengirim email khusus, menanyakan kesan-kesan mereka terhadap The Samaya. Ini yang membuat tamu terkesan dan mau datang kembali. Ini hanya contoh. Hospitality is way of life, begitulah pendapat GM The Samaya.
The Samaya berulang kali mendapatkan penghargaan internasional. Pangsa pasar The Samaya 90 persen memang orang asing. Kami rajin ikut travelmart sehingga pemesanan hotel dilakukan banyak orang asing. Namun orang Indonesia tetap ada, meski tak banyak.
Untuk meningkatkan pelayanan, kami akan melakukan renovasi besar-besaran pada The Samaya karena bangunannya sudah berusia lebih 10 tahun.
Di Bali, Grup Santika memiliki banyak hotel. Apakah Bali masih menjadi tetap yang pertama? Di Bali, ada The Samaya di Seminyak dan Ubud, The Kayana di Seminyak, Santika Beach Kuta, Santika Kuta di Jalan Raya Kuta depan Gelael (dengan 101 kamar dan hotel bintang tiga). Dan dalam waktu dekat akan ada Amaris Legian.
Pangsa pasar di Bali harus diakui sangat luar biasa. Bali sangat unik. Kalau saya ingin berlibur, saya tetap pilih Bali daripada ke Hong Kong atau Singapura. Wisata kuliner di Bali juga oke. Pokoknya Bali itu nggak ada matinya.
Ada rencana bangun resort di daerah lain di luar Bali atau membangun hotel bintang lima? Saat ini belum ada. Bali masih yang utama karena sangat potensial. Pasar 600 dollar AS masih tetap Bali karena masih sangat menjanjikan. Di masa depan kemungkinan Bintan. Tapi masalahnya, tempat lain belum menjadi destinasi seperti halnya Bali. Dan kami belum punya rencana membangun hotel bintang lima. Namun dari sisi nama, kami sudah mempersiapkannya. Dan lokasinya harus prime.
Ada rencana membangun Santika Premier di semua ibukota provinsi di Indonesia? Kami memang punya cita-cita, di semua ibukota provinsi, ada Santika. Sedangkan di kabupaten dan kota tingkat dua, ada Amaris. Tapi kami juga memperkuat pasar Amaris di Jabodetabek. Dalam 5-10 tahun mendatang, akan ada 20-30 Amaris di Jabodetabek.
Bagaimana dengan pengembangan di kawasan timur Indonesia? Kami sudah mengoperasikan Amaris Ambon, Santika Makassar, Santika Manado, Amaris Panakukkang, juga Palu dan Kupang. Tapi di timur Indonesia, kami butuh banyak SDM yang memadai. Komentar Anda tentang industri perhotelan di Indonesia saat ini dan di masa datang? Perekonomian Indonesia terus tumbuh. Ini berdampak pada banyaknya investor yang datang ke kota-kota di Indonesia dan mereka membutuhkan akomodasi memadai.
Contoh, dalam proyek pembangunan jalan tol, mereka butuh penginapan. Demikian halnya dalam proyek perkebunan kelapa sawit, mereka butuh tempat menginap yang memadai.
Menurut Anda, mengapa investor memilih Santika sebagai mitra? Pertama, investor melihat reputasi grup Santika. Kami berpengalaman dalam bidang ini sejak tahun 1981.
Jadi kami bukan one night company. Kami memulai bisnis ini dari mengelola hotel sendiri, dengan tingkat hunian rata-rata di atas 75 persen (kecuali di beberapa tempat). Tapi jika dipukul rata, tingkat hunian rata-rata 75 persen.
Sementara tarif hotel rata-rata Rp 497.500 atau sekitar Rp 500.000. Ini dipukul rata dari Amaris sampai The Samaya.
Kedua, ini tentu tidak terlepas dari nama besar Kompas Gramedia. Investor begitu bertemu dengan kami, dan mereka tahu kami dari KKG, langsung menebar senyum. Jadi investor mempercayakan properti mereka kepada operator yang punya integritas. (Robert Adhi Ksp)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.