Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB Kembangkan Tiga Solusi Teknologi

Kompas.com - 26/10/2010, 14:39 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Institut Teknologi Bandung berkomitmen mengembangkan tiga jenis teknologi tepat guna sebagai solusi keterbatasan masyarakat di pulau-pulau terdepan di Indonesia. Namun, dibutuhkan kerja sama dengan pemangku kepentingan lain, seperti pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, supaya teknologi tersebut dapat diterapkan.

Demikian dikemukakan Rektor ITB Akhmaloka, Senin (25/10), di sela-sela lokakarya bertema "Menjaga Tepian Tanah Air" bekerja sama dengan kelompok pencinta alam Wanadri dan Rumah Nusantara. "Bukan ranah kami jika harus memproduksi teknologi-teknologi ini secara massal. Namun, sebagai akademisi, kami mendukung transfer teknologinya," katanya.

Dalam bidang komunikasi, Akhmaloka menilai, meski beberapa operator seluler sudah beroperasi di pedalaman, sinyalnya kalah kuat dibandingkan jaringan milik negara lain, seperti Malaysia. Untuk itu, dibutuhkan radar berteknologi canggih berbasis satelit untuk memantau pulau-pulau terdepan.

Kedua, pada penyediaan air bersih, ITB juga menawarkan teknologi desalinasi atau proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air layak konsumsi. Hal ini sesuai temuan tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara yang menyatakan, banyak pulau minim suplai air bersih karena mengandalkan air laut.

ITB juga mengusulkan teknologi penyediaan listrik berteknologi surya. Selain tenaga surya, alternatif energi lain yang bisa dikembangkan sebagai pembangkit listrik adalah tenaga angin dan tenaga ombak. "Namun, dua alternatif terakhir, biayanya besar. Jadi, lebih cocok memakai solar system sebab pengembangan teknologi sebaiknya disesuaikan dengan tipikal dan kondisi sosial masyarakat," ujar Akhmaloka.

SDM terbatas

Menurut Ketua Pelaksana Ekspedisi Garis Depan Nusantara Irwanto Iskandar, sumber daya di pulau-pulau terdepan, dengan sentuhan teknologi, sebenarnya mampu menopang kehidupan warganya. Hanya saja, keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala pemanfaatan sumber daya alam.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut Bandung Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan mengemukakan, dari 92 pulau terdepan di Nusantara, 12 pulau di antaranya rawan konflik dengan negara lain. "Belum ada kesepakatan batas wilayah untuk 12 pulau ini, seperti Nipah (Riau) dan Sebatik (Kalimantan Timur)," ujarnya. (GRE)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com