Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Film dan Kisah Perjuangan

Kompas.com - 29/10/2010, 09:30 WIB

Surabaya, Kompas - Sejarah semakin lama terlampaui, namun tetap dipelajari dan dipahami agar suatu bangsa tak kehilangan jati diri. Untuk memperingati Sumpah Pemuda, Komunitas Surabaya Juang dan SMA Negeri 2 Surabaya memutar film dokumenter dan diskusi bersama veteran.

Tiga film dokumenter ditampilkan di aula SMA Negeri 2 Surabaya, Kamis (28/10). Ketiga film itu berjudul Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia, Surabaya ’23 dan Perang 10 Nopember.

Film yang bersumber dari Arsip Nasional Republik Indonesia itu sekaligus meluruskan sejarah tempat lahir Soekarno, Proklamator Indonesia. Selama ini sejarah mencatat Soekarno lahir di Blitar. Namun, semestinya Soekarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901.

Soekarno juga pernah bersekolah di Hogere Burger School Surabaya yang kini menjadi SMA Negeri 2 Surabaya. Karena itu, pemutaran film dokumenter ini berlokasi di SMA Negeri 2.

Seusai pemutaran film dokumenter, sekitar 100 siswa ini berdiskusi dengan Ketua Legiun Veteran RI Kota Surabaya Hartoyik. Dalam pengantarnya, Hartoyik memperkenalkan diri sebagai salah satu anggota Badan Keamanan Rakyat yang kemudian berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat, Tentara Rakyat Indonesia, dan terakhir Tentara Nasional Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, kata Hartoyik, dianggap tidak sah oleh penjajah. Namun, berbagai perkumpulan seperti laskar hisbullah, laskar rakyat, dan laskar minyak sudah bersiap dan berani mati.

Demikian juga awal November 1945 setelah Brigadir Jenderal AWS Mallaby tewas dalam baku tembak di Surabaya, lanjut Hartoyik, semua laskar dari berbagai daerah di Jawa Timur sudah berkumpul.

Luar biasa

Selain karena semangat juang masyarakat yang luar biasa, Bung Tomo adalah orator yang membakar semangat persatuan para pejuang. Apalagi, kata Hartoyik, Bung Tomo mendapatkan restu dari semua kiai untuk memotivasi masyarakat, meski sosok itu tidak memiliki pasukan.

”Dulu itu, semua laskar, semua pemimpin, dan pejuang bersatu, tidak eker-ekeran. Semestinya pemimpin kita sekarang juga begitu,” tutur Hartoyik.

Pemutaran film-film dokumenter itu, kata Wakil Ketua Panitia Surabaya Juang Heri Lentho, untuk memberikan pijakan awal kepada generasi muda bahwa pahlawan bukan melulu tentang perang. Namun, lebih pada karakter, keberanian, dan kepemimpinan.

Adapun Surabaya Juang, kata Heri, bertujuan menggelorakan kembali semangat kepahlawanan dan menumbuhkan jiwa berbakti kepada bangsa dan negara. Surabaya sebagai Kota Pahlawan perlu dikuatkan kembali dengan menumbuhkan nilai-nilai kepahlawanan pada generasi mudanya.

Beberapa kegiatan Surabaya Juang adalah grafiti kepahlawanan, sedangkan foto Surabaya tempo dulu dipamerkan sepanjang Jalan Tunjungan dan Taman Surya. (INA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com