Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Public Relations Harus Berangkat dari Fakta

Kompas.com - 31/10/2010, 12:59 WIB

KOMPAS.com - Ledakan akan kebutuhan lembaga public relations di Indonesia terjadi seiring lahirnya demokratisasi dalam berbagai bidang sejak tahun 1998. Demokratisasi, kata Dian Noeh Abubakar, Vice President Weber Shandwick Indonesia, membuat korporasi dan orang per orang semakin sadar akan pentingnya pencitraan diri lewat lembaga yang profesional.

Sejak saat itu, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah komunikasi publik bermunculan. Ini, kata Dian, gejala baik. ”Karena orang makin menghargai profesi PR sebagai sesuatu yang profesional,” katanya.

Meski begitu, sampai sekarang banyak kalangan salah paham, bahkan merancukan pengertian PR dengan advertising. ”Public relations itu tidak sama dengan pengiklanan. Kita seperti wartawan harus benar-benar berangkat dari fakta, artinya tidak boleh berbohong kepada publik,” ujar perempuan penggemar durian ini.

Selain itu, PR tidak hanya sekadar membuat siaran pers lalu mengumpulkan wartawan dan membujuknya untuk menulis di media masing-masing. Hah!

”PR itu, kan, soal pencitraan, bukan seperti advertising yang bisa langsung dilihat produknya. PR itu membutuhkan waktu karena ini proses semua….” kata Dian sengit.

Seorang PR yang diberi tugas untuk menangani bidang-bidang seperti finance, brand PR, dan crisis PR, misalnya, harus benar-benar mencari data dan fakta mengenai sebuah perusahaan sebelum kemudian ia berhubungan dengan media massa. ”Jadi dasarnya itu fakta, seperti karya jurnalistik juga, tidak boleh ada kebohongan di sini,” kata Dian.

Jika iklan boleh menciptakan citra baik satu produk agar para konsumen tertarik, PR harus benar-benar mencari cara berdasarkan fakta-fakta untuk memulihkan citra satu perusahaan. ”Dan yang paling penting juga, semua PR harus bisa menulis press release, sebagaimana pula yang dilakukan wartawan,” katanya.

Hal yang cukup rumit biasanya, tambah Dian, sebuah korporasi beranggapan semua masalah berhubungan dengan wartawan bisa diselesaikan dengan uang. ”Sekarang, sih, sudah banyak yang paham bahwa wartawan tidak bisa diberi uang untuk menuliskan sesuatu itu. Biasanya sejak awal sudah aku jelaskan tuh….” ujar Dian.

Jadi, tambahnya, PR itu juga dibutuhkan untuk edukasi publik, bagi-bagi info yang benar kepada masyarakat….

(Putu Fajar Arcana)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com