Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjau Ulang Kurikulum Kemdiknas

Kompas.com - 05/11/2010, 13:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di Jakarta, modul pendidikan kebencanaan juga dibutuhkan. Banjir, sebagai musibah paling akrab bagi warga Jakarta, juga harus diantisipasi di kalangan pendidik di sekolah. Musibah di Wasior, Mentawai, dan Gunung Merapi adalah pelajaran berharga.

Retno Listyarti, guru SMAN 13 Jakarta Utara, mengatakan, sudah saatnya kurikulum ditinjau ulang dengan berpegang pada prioritas yang dibutuhkan anak didik. Saat ini kurikulum Indonesia sudah terlalu berat dan beban siswa terhadap kurikulum terlalu banyak.

"Maka, walaupun disisipkan ke dalam pelajaran, pendidikan kebencanaan itu tampak menjadi problema, yaitu hanya menambah beban. Kalau mau dibuat lagi tersendiri, tetapi sebelumnya kurikulum yang ada sekarang ditinjau ulang dulu. Sayang, pemerintah belum aware soal ini," ujar Retno kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (5/11/2010).

Menurutnya, kurikulum yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) saat ini sudah terlalu berat bagi siswa karena terlalu banyak. Untuk itu, Kemdiknas harus mengkaji ulang dengan melihat substansi yang dibutuhkan, salah satunya kebencanaan dengan pertimbangan wilayah Indonesia sebagai negeri yang rawan bencana.

"Kita di Jakarta jelas tidak ada, kecuali ilmu geografi yang belajar tentang gunung, sungai atau laut, tetapi bagaimana cara mengantisipasinya ketika terjadi bencana pada bentukan-bentukan alam itu tidak dibicarakan. Sebagai sebuah pembelajaran memang tidak pernah," ujarnya. 

Pono Fadlullah, Kepala SMAN 68 Jakarta Pusat mengatakan, memang harus ada edukasi untuk kebencanaan kepada guru dan siswa, baik secara formal maupun norformal. Baru-baru ini, kata Pono, sekolahnya juga menggelar kegiatan sosialisasi tentang antisipasi pemadaman kebakaran.

"Hemat saya belum perlu menjadi kurikulum, tetapi cukup sebagai suplemen saja. Kurikulum kita sudah banyak, jumlahnya tiga kali lipat dari kurikulum untuk pendidikan menengah atas di Eropa atau Amerika Serikat," ujar Pono. 

Menurut dia, sebaiknya bukan hanya warga sekolah yang diberi edukasi kebencanaan, melainkan juga masyarakat lokal atau sekitar sekolah. Keberadaan karang taruna atau pengurus RT atau RW perlu mendapatkan pengetahuan lebih mengenai pendidikan kebencanaan.

"Terutama soal evakuasi, bagaimana cara penanganan dan menempatkan titik-titik evakuasi," tambahnya.

Mengevaluasi tiga bencana besar yang terjadi berturut-turut, yaitu Wasior, Mentawai dan Gunung Merapi, sudah saatnya pemerintah serius memikirkan persoalan ini. Karena selama ini, pendidikan kesiagaan dan antisipasi bencana alam lebih cenderung dilakukan secara sporadis, bukan didesain secara khusus.

"Memang sudah saatnya modul-modul pendidikan siaga bencana itu dibuat dengan melibatkan banyak SDM yang bukan hanya dari lingkup pendidikan. Kita tak bisa lagi bertindak sporadis kalau bencana datang," ujar pakar pendidikan Anita Lie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com