Kepala Bidang Perencanaan dan Standardisasi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DI Yogyakarta Baskara Aji mengatakan, pelajar yang mengungsi karena erupsi Merapi dapat menumpang di sekolah pilihannya sampai pemerintah dapat menyediakan tempat belajar bagi mereka.
”Hal ini merupakan kesepakatan dengan pemerintah kabupaten dan kota, semua sekolah diharap dapat mengikutinya,” kata Baskara di Yogyakarta, Selasa (9/11).
Kebijakan ini diambil untuk mempermudah akses pelajar yang mengungsi untuk melanjutkan pendidikan formalnya. Hal ini karena banyak pelajar pengungsi yang tersebar di berbagai wilayah di DI Yogyakarta. Diharapkan, ribuan pelajar yang sempat terhenti sekolahnya dapat secepatnya melanjutkan pendidikan.
Sejak kawasan rawan bencana ditambah menjadi 20 kilometer pada Jumat pekan lalu, jumlah sekolah yang tak bisa ditempati meningkat menjadi 217 sekolah dari 22 sekolah pada erupsi pertama 26 Oktober. Jumlah siswa terhenti proses belajarnya pun bertambah dari 2.400 siswa menjadi 31.734 siswa.
Kegiatan belajar mengajar, Selasa, juga mulai digelar di empat tempat pengungsian, yakni di Stadion Maguwoharjo, Youth Center Sleman, Gelanggang Olahraga Pangukan, dan Seminari Tinggi Santo Paulus, Sleman. Kegiatan diikuti 808 pelajar sekolah dasar dan taman kanak-kanak.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Sleman Sungkana mengatakan, jumlah siswa yang terjaring
”Hari pertama belajar mengajar ini memang baru sebagai pancingan supaya anak-anak pengungsi yang lain bersedia untuk ikut belajar,” katanya.
Kegiatan belajar itu, menurut Sungkana, diikuti 240 siswa SD dan 38 siswa TK di Stadion Maguwoharjo, 150 siswa SD di Youth Center Sleman, 170 siswa SD dan 90 siswa TK di GOR Pangukan, dan 100 siswa SD, serta 20 siswa TK di Seminari Tinggi Santo Paulus.