”Tidak sekadar mendapatkan ijazah, pendidikan kesetaraan
Wahyudin mengatakan, antusiasme masyarakat terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti UNPK. Di Jabar, tahun 2009 peserta UNPK Paket A tercatat 39.898 orang, sedangkan Paket B diikuti 7.366 orang. Sementara tahun ini peserta UNPK Paket A turun menjadi 24.922 orang, tetapi peserta UNPK Paket B meningkat menjadi 12.659 orang.
Namun, menurut dia, yang lebih membahagiakan adalah motivasi peserta ikut pendidikan kesetaraan. Banyak peserta tertarik dengan pendidikan vokasional selain pendidikan formal. Beberapa pendidikan vokasional yang diberikan adalah menjahit atau membuat kue.
”Mereka memiliki pilihan lebih banyak untuk menjalankan hidupnya. Setelah lulus pendidikan kesetaraan, mereka bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi atau mandiri dengan keahlian yang dimilikinya,” katanya.
Dayat (45), warga Cikeruh, Kabupaten Sumedang, mengatakan, ia ingin anaknya, Iwan Hermawan (17), memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik. Sejak setahun lalu, Iwan putus sekolah dari SMP Cikeruh karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, ia berharap, dengan ijazah pendidikan kesetaraan, anaknya memiliki kesempatan lagi untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
”Keinginan anak untuk sekolah lagi sangat tinggi. Ia mau datang menjalani ujian di Bandung meski sehari-hari tinggal di Cikeruh,” kata Dayat.
Keinginan yang sama dimiliki Gaspar Afonso, peserta tunanetra dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Guna Persada asal Timor Leste. Ia bersama tiga
Gaspar ingin mengikuti jejak temannya sesama warga Timor Leste yang telah berhasil menempuh pendidikan Paket B dan C hingga akhirnya kuliah di salah satu perguruan tinggi di Indonesia.
”Di Timor Leste belum ada pendidikan kesetaraan seperti ini. Kami berharap mampu mendapatkan pengakuan agar bisa mewujudkan cita-cita mengembangkan kemampuan kami,” katanya.