Sekolah di Magelang Kembali Aktif

MAGELANG, KOMPAS.com - Sejumlah sekolah di daerah pengungsian korban letusan Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (15/11/2010), kembali aktif melaksanakan proses belajar mengajar setelah diliburkan selama sepekan. Hingga pada Minggu (14/11/2010) kemarin, masih ada 41 gedung sekolah yang digunakan untuk lokasi pengungsian.

"Kami mengupayakan lokasi lain untuk kegiatan belajar siswa yang sekolahnya ditempati pengungsi," kata Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Magelang, Ngaderi Budiyono di Magelang.

Menurut dia, para siswa di sekolah tersebut digabung dengan sekolah-sekolah terdekat lainnya. Hal serupa juga dilakukan untuk anak-anak pengungsi yang diikutkan belajar di sekolah terdekat dengan lokasi barak pengungsian mereka.

SMK Maarif Mungkid misalnya, lanjut Ngaderi, kini digunakan untuk tempat pengungsian sehingga siswanya melakukan kegiatan belajar sore hari di SMPN Mungkid. Begitu juga siswa SMPN 1 Salam yang belajar di SMPN 1 Muntilan.

Untuk tempat pengungsi yang jumlah siswanya relatif banyak, sekolah dilakukan di tenda khusus, seperti di Lapangan Tembak Plempungan, Salaman. Di tempat ini terdapat dua tenda milik Unicef yang didirikan untuk sekolah siswa. Satu tenda digunakan untuk kegiatan belajar mengajar kelas VII dan VIII dan satu tenda lainnya untuk IX.

Suhartanto, seorang guru di sekolah tenda tersebut menyebutkan, kegiatan sekolah di lokasi itu telah mulai sejak Kamis (11/11/2010) pekan lalu setelah tenda tersebut selesai didirikan. Para siswa yang bersekolah adalah anak-anak pengungsi dari sejumlah sekolah seperti SMPN 1, SMP Trisula, SMP Muhammadiyah, dan SMP Kanisius Sumber Kecamatan Dukun.

Guru matematika di SMPN Salaman itu mengatakan, sekolah untuk pengungsi hanya lima mata pelajaran yang disampaikan, yakni matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, fisika, dan biologi. Kegiatan belajar berlangsung setiap hari mulai pukul 07.30-11.45 WIB dengan dua mata pelajaran.