Oleh EDI WINARNO AS
Erupsi Gunung Merapi yang terjadi menimbulkan dampak luar biasa. Aktivitas sosial-ekonomi di daerah sekitar Merapi menjadi lumpuh total, tak terkecuali aktivitas belajar-mengajar yang mengalami hal serupa.
Beberapa perguruan tinggi maupun sekolah terpaksa meliburkan anak didiknya demi keamanan dan keselamatan. Ancaman maut wedhus gembel hasil khas erupsi Gunung Merapi harus segera dihindari. Guyuran hujan abu vulkanik yang membuat kenyamanan terganggu serta ancaman infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga tak bisa dianggap enteng.
Meskipun demikian, sebenarnya pembelajaran jarak jauh (distance learning) bisa terus dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology/ICT). Sebab alasan utama diliburkannya kegiatan belajar-mengajar karena kampus atau sekolahan dianggap tidak aman, bukan karena sedang memasuki waktu liburan sesuai yang dijadwalkan.
Pembelajaran jarak jauh dinilai penting sebagai penyambung rantai pendidikan, khususnya di jenjang perguruan tinggi meskipun hanya melalui dunia maya (cyber). Terjadinya erupsi Gunung Merapi juga berarti putusnya mata rantai pendidikan antara dosen dan mahasiswa.
Kiranya anggapan bahwa ”sedang terjadi bencana, kok,
Salah satu metode pembelajaran jarak jauh yang dapat kita terapkan adalah e-learning berbasis internet. Perlu diketahui, e-learning adalah metode pembelajaran yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai, dan memudahkan proses belajar-mengajar serta dilakukan secara interaktif kapan pun dan di mana pun (Glossary, 2001).
Pembelajaran melalui e-learn-
Para mahasiswa yang tinggal di daerah aman dapat leluasa mengakses materi pembelajaran yang diberikan oleh dosen melalui e-learning tersebut. Para mahasiswa yang turun menjadi relawan, saat beristirahat atau kembali ke rumah masing-masing, mereka juga dapat mengaksesnya dengan materi pembelajaran yang sama. Bagaimana dengan mahasiswa yang terpaksa tinggal di pengungsian?
Perlu diakui tempat pengungsian umumnya sangat minim bahkan tidak ada fasilitas yang berhubungan dengan ICT. Mahasiswa yang tinggal di pengungsian mengalami kesulitan seandainya ingin memperoleh
Sayangnya, masih banyak dosen (termasuk guru) yang enggan memanfaatkan metode pembelajaran jarak jauh seperti e-learning dan menganggap metode pembelajaran konvensional dengan bertatap muka langsung tetap lebih maksimal dan dinilai cukup. Akan tetapi, terhentinya aktivitas belajar-mengajar secara konvensional menyadarkan kita bahwa metode pembelajaran jarak jauh seperti e-learning sangat diperlukan.
Dalam keadaan normal atau ketika aktivitas belajar-mengajar secara konvensional dapat berlangsung, e-learning boleh difungsikan cukup sebagai menu tambahan proses pembelajaran. Namun, dengan terhentinya aktivitas belajar-mengajar akibat bencana seperti sekarang ini, manfaat e-learning perlu dioptimalkan.
Di samping membantu proses pembelajaran, e-learning juga dapat dijadikan sebagai wahana diskusi dan penyebaran informasi penting terkait dengan bencana yang terjadi.
EDI WINARNO AS Alumnus S-2 Magister Teknik Informatika Udinus Semarang, Peserta Program Beasiswa Unggulan Depdiknas, Pernah Tinggal di Cangkringan, Sleman