Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Sambil Riset, Kenapa Enggak?

Kompas.com - 22/11/2010, 15:35 WIB

DEPOK, KOMPAS.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar presentasi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-42 bagi remaja usia 12-19 tahun dan Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-9 tahun bagi peserta usia 20-24. Dari 622 proposal yang masuk untuk PPRI, panitia memilih 24 proposal untuk melakukan pembimbingan dan terpilih menjadi 15 proposal yang keluar sebagai finalis untuk melakukan presentasi di hadapan dewan juri. Sementara untuk LKIR, dari 148 proposal yang masuk terpilih 15 proposal yang keluar sebagai finalis.

Bebarapa peserta LKIR tersebut di antaranya adalah SMK Negeri Tambelangan Madura, SMAN 3 Merauke Papua, SMKN 2 Depok Sleman DIY, SMA Santa Laurensia Serpong, SMK BoedI Oetomo 2, SMAN 8 Denpasar. Sedangkan untuk peserta PPRI beberapa peserta di antaranya Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Negeri Makassar, Institut Manajemen Telkom Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Andalas (Unand), Universitas Negeri Semarang (Unesa), Universitas Negeri Surabaya.

"Proses pembuatan karya dilakukan selama tiga bulan. Selama pembuatan ada beberapa kendala seperti sulitnya mencari sampel dan rusaknya jalan menuju tempat penelitian," ujar Shoim Abdullah kepada Kompas.com usai acara pembukaan presentasi LKIR-PPRI di Depok, Senin (23/11/2010).

Shoim adalah peserta LKIR dari SMAN 3 Merauke. Ia mengangkat tema Menelisik Kehidupan Masyarakat Eks Pelintas Batas yang Datang dari Negara Papua Nugini ke Kabupaten Merauke.

Sementara itu, Irene Giarto asal SMA Santa Laurensia Serpong, Tengerang Selatan, mengatakan tahap pembimbingan hingga keluar sebagai finalis ditempuh selama dua bulan. Ia mengaku tertarik mengikuti lomba ini karena di sekolah ada kurikulum membuat proyek.

"Persiapan yang saya lakukan adalah terus latihan untuk presentasi dengan proyek bertema Pengaruh Variasi Pola Anyaman Bakul, Tikar, dan Spider Web terhadap kekuatan impak material komposit untuk bahan pelindung helm," papar Irene.

Anne, guru fisika SMA Santa Laurensia yang menjadi guru pembimbing Irene, mengatakan, di sekolah memang sudah ada kurikulum pelajaran proyek. Setiap minggu siswa diberikan waktu dua jam untuk mengerjakan proyeknya.

"Proyeknya bisa memilih antara tema terkait bidang fisika, kimia, dan biologi," tandas Anne.

Dia mengatakan, proyek tersebut juga merupakan syarat kenaikan kelas. "Intinya, kami ingin anak-anak didik juga bisa belajar dari riset yang dilakukannya," pungkas Anne.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com