YOGYAKARTA, KOMPAS -
Tahun ini, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DI Yogyakarta mengalokasikan dana untuk 74 penelitian dan pengembangan keterampilan bagi pelajar SMK. Namun, baru 44 proposal penelitian diajukan. Dibandingkan tingkat SMA, minat penelitian SMK itu jauh lebih rendah.
”Untuk SMA, minat penelitian justru lebih tinggi dari alokasi dana yang ditetapkan. Dari 104 kuota penelitian, saat ini ada sekitar 140 proposal masuk sehingga harus diseleksi,” kata Koordinator Tim Pembina Penelitian Pelajar SMA/MA/SMK Provinsi DIY Zainal Abidin, Senin (29/11).
Zainal mengatakan, minimnya proposal penelitian dan pengembangan keterampilan dari kalangan SMK diduga disebabkan orientasi pendidikan yang tidak diarahkan ke penelitian. Selain itu, kegiatan pelajar SMK juga lebih padat daripada SMA. Akibatnya, mereka tidak punya banyak kesempatan merancang penelitian atau kegiatan pengembangan keterampilan.
Minimnya sosialisasi program pemberian dana penelitian juga diduga menjadi faktor penyebab minimnya proposal masuk. Untuk program ini, tiap proposal penelitian siswa SMA/MA/SMK yang lolos seleksi akan mendapat dana Rp 500.000 hingga Rp 1 juta.
Meskipun lebih diarahkan bekerja setelah lulus, ujar Zainal, kultur penelitian tetap perlu ditumbuhkan di kalangan pelajar SMK. Itu penting untuk mengasah kreativitas dan inovasi mereka dalam usaha.
”Dengan inovasi dan kreativitas, pelajar SMK akan dapat menciptakan wirausaha. Kalau hanya mahir di bidang keterampilan saja, ia akan cenderung menjadi pekerja,” katanya.
Pelajar SMK dinilai kuat di bidang pengembangan usaha. Mereka juga mempunyai potensi menciptakan alat-alat inovatif. Alat tersebut antara lain pengembangan ”The Box Cleaner Emission (Meminimalisir Polusi Gas Buang Kendaraan Bermotor pada Proses Penservisan Sepeda Motor)” karya Muh Imam Mukhtar Shidiq dan Agustina Slamet dari SMK Negeri 2 Depok, Sleman.
Karya itu meraih juara I Lomba Karya Ilmiah Remaja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2010 bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
”Alat ini bisa dibuat dengan biaya murah sehingga terjangkau kalangan montir,” kata Imam.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY Alip Sudardjo mengatakan, penelitian di kalangan SMK perlu terus didorong. ”Setelah lulus, mereka bekerja. Sementara, untuk SMA, peluang meneliti masih sangat luas di perguruan tinggi,” katanya. (IRE)