Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Hama Mendominasi

Kompas.com - 18/01/2011, 03:10 WIB

Karawang, Kompas - Serangan hama tikus, wereng, penggerek batang, dan penyakit hawar daun pada tanaman padi musim tanam 2010/2011 bakal mendominasi. Selain faktor cuaca, tidak serempaknya penanaman padi juga menjadi pemicu banyaknya hama yang menyerang padi.

Hal itu berdampak pada penurunan produktivitas padi. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Kementerian Pertanian memperkirakan, luas maksimum serangan tikus musim 91.206 hektar, wereng batang coklat 81.686 hektar, penggerek batang 61.914 hektar, dan penyakit hawar daun 41.905 hektar.

Perkiraan didasarkan atas penghitungan akumulasi serangan hama padi pada dua musim sebelumnya. Sentra padi yang bakal menjadi sasaran serangan hama, antara lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Menurut Kepala BBPOPT Gaib Subroto, saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/1), ketidakserempakan awal tanam di sebagian wilayah, seperti di Ngawi (Jatim), Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo (Jateng), membuat siklus organisme pengganggu tanaman (OPT) tidak terputus.

Bersama dengan pengamat OPT kota/kabupaten, ujar Gaib, timnya terus bergerilya mencari spot-spot serangan OPT.

Sejumlah lokasi yang terindikasi terserang dan langsung ditangani, antara lain di Purwakarta (Jabar), Ngawi (Banten), Banten, dan Demak (Jateng). ”Secara umum, luas serangan hama penyakit musim tanam kali ini lebih kecil,” katanya.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi seusai melihat panen padi di Grobogan, Jawa Tengah, menyatakan, produktivitas tanaman padi pada panen ini, terutama di wilayah Grobogan, bakal turun sekitar 2-5 persen.

Di Grobogan, faktor utama yang memengaruhi penurunan produktivitas adalah minimnya penyinaran matahari akibat cuaca mendung dan hujan yang membuat proses fotosintesis tanaman berkurang.

Bayu mengatakan, saat ini panen padi mulai berlangsung di beberapa daerah, meski dalam skala kecil. ”Di Grobogan, diperkirakan rendemen gabah kering panen (GKP) menjadi beras dari kondisi normal sebesar 52-55 persen, turun menjadi 47-48 persen,” katanya.

Petani tidak paham

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com