Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendiknas: Kami Tak Pernah Titip Buku!

Kompas.com - 25/01/2011, 19:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pendidikan Nasional menyanggah adanya kesengajaan dalam penyebaran buku-buku Presiden SBY di beberapa SMP di Tegal, Jawa Tengah.

Menurut Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Suyanto, buku-buku SBY termasuk dalam buku lain yang diajukan penerbit untuk memasuki proses penilaian kelayakan sebelum dijual ke daerah-daerah. Kemudian sekolah memilih buku mana yang akan dibeli. Ia menegaskan, Kemendiknas sama sekali tak pernah menitipkan buku SBY tersebut untuk disebarluaskan.

"Kami tidak pernah titip buku apa pun untuk disebarluaskan, termasuk buku SBY. Kan dari daerah yang meminta buku apa saja yang mau mereka beli. Kami hanya memberikan penilaian dari buku-buku yang diajukan penerbit, setelah itu daerah yang pilih," ujar Suyanto, Selasa (25/01/2011).

"Mungkin, kepala dinas di daerah itu tidak tahu atau bagaimana, kalau dari sekolah di daerahnya memilih buku SBY. Buku ini sudah masuk penilaian 807 buku lainnya juga. Mungkin dibeli sekolah karena murah dan sudah lolos dari penilaian," ujarnya.

Penilaian buku, termasuk buku SBY ini, juga dijelaskan oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendiknas Diah Harjanti. Diah mengatakan, pihaknya hanya sebatas melakukan penilaian terhadap buku-buku yang diusulkan oleh para penerbit dan tidak ada kaitannya dengan dipilih tidaknya buku dalam proyek dana alokasi khusus (DAK), yang salah satu komponennya adalah perbukuan.

"Kami perlu jelaskan lagi, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) tidak ada kaitannya dengan dipilih atau tidaknya buku itu. Kami hanya melakukan penilaian layak tidaknya sesuai kategori yang disepakati, yaitu tiga, dua, dan satu bintang," papar Diah.

Ia menambahkan, secara prosedural, penerbit bukulah yang mengajukan buku, kemudian tim Puskurbuk akan menilai.

"Anggota tim bukan orang-orang sembarangan lho," kata Diah.

Diah mengatakan, kategori bintang tersebut juga dibedakan berdasarkan kelayakan. Bintang satu dinilai cukup layak, bintang dua dianggap buku dalam standar baik, dan  bintang tiga masuk dalam penilaian sangat baik.

Staf Khusus Mendiknas Bidang Komunikasi Media, Sukemi, menambahkan, ke-10 buku SBY masuk tiga kategori tersebut.

"Empat buku SBY masuk bintang tiga, kemudian tiga buku dikategori bintang dua, dan bintang satu ada tiga buku lainnya. Jadi, buku-buku SBY juga masuk proses penilaian, bukan lolos begitu saja. Yang menilai juga orang-orang yang ahli di bidangnya dan independen," ujar Sukemi.

Adapun beberapa dari panitia penilaian independen itu antara lain Dr Bana Kartasasmita dari ITB, Prof Dr Mien Rivai dari Herbariun Bogorience, dan Prof Dr Yus Yusana dari UPI Bandung. Daftar buku yang dinilai panitia tersebut berjumlah 807 buku yang dikeluarkan pada 2009 dan diserahkan pada panitia lelang di daerah.

Kemudian pada 2010, sekolah-sekolah memilih buku yang akan dibeli, termasuk di antaranya SMP Islam Terpadu Lukman Al Hakim dan SMP Muhammadiyah Slawi yang membeli buku-buku SBY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com